Jalan Pintas Bagi Calon Mahasiswi Australia Bidang IPTEK, Apa Kata Mahasiswi Indonesia?

"Sejauh ini saya belum pernah mempermasalahkan sedikitnya jumlah perempuan di Sains Komputer," kata Rosni kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.
"Saya bisa bertukar pandangan atau berbagi ilmu dengan teman yang lain tanpa harus melihat apakah dia laki-laki atau perempuan."
Stereotip gender jadi sebab?
Di mata Joan Madeline, mahasiswi S1 Komputer Universitas Deakin, salah satu faktor penyebab minimnya jumlah perempuan dalam IPTEK adalah stereotip tentang bagaimana gender mempengaruhi kemampuan seseorang.
"Mungkin karena stereotip gender di mana laki-laki lebih logis, sedangkan perempuan lebih menggunakan perasaan untuk memecahkan suatu masalah," tuturnya.
"Karena dalam bidang IPTEK banyak soal yang perlu dipecahkan dengan logika."
Bagus Nugroho, pengajar di departemen Teknik Mekanik Universitas Melbourne, membantah asumsi yang mengatakan bahwa perempuan lebih lemah secara akademis bila dibanding laki-laki dalam bidang IPTEK.
Ia justru mengatakan perempuan memiliki kelebihan di hal-hal tertentu menurut pengalamannya mengajar siswa teknik S1, S2 dan S3.
"Selama saya mengajar dan membimbing siswa, saya tidak melihat adanya perbedaan signifikan antara kemampuan akademik laki-laki dan perempuan," kata Bagus.
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS