Jangan Bikin Sekolah Jadi Momok bagi Anak

Jangan Bikin Sekolah Jadi Momok bagi Anak
Jangan Bikin Sekolah Jadi Momok bagi Anak

jpnn.com - HAMPIR seminggu kegiatan belajar mengajar dimulai. Namun, si kecil masih ogah-ogahan untuk berangkat ke sekolah.

Wah, libur panjang rupanya membuat si kecil terlena. Ups, atau si kecil terkena sindrom takut ke sekolah? Ketakutan itu kerap muncul dari orang tua.

Psikolog Eka Ratnawati menyebutkan, sekolah kerap menjadi momok bagi anak-anak. Ada berbagai faktor yang mengakibatkan itu terjadi. Misalnya, lingkungan sekolah tidak kondusif dan sistem pembelajaran kurang menyenangkan.

Namun, yang tidak disadari adalah faktor kedua orang tua. "Apa itu? Orang tua kerap menuntut anaknya mendapat nilai bagus," ujar Eka kepada Jawa Pos.

Tuntutan untuk selalu mendapat ranking dan menjadi yang terbaik di kelas secara psikologis membebani anak. Sebab, ketika nilai yang diraih tidak maksimal, anak akan merasa takut. Yakni, takut mengecewakan kedua orang tuanya.

Menurut Eka, sebaiknya biarkan anak berkembang sesuai dengan bakat yang dimiliki. Misalnya, ketika anak tidak pandai matematika atau tidak diterima di sekolah negeri, bukan berarti si kecil tidak pintar. Orang tua perlu menciptakan mindset bahwa setiap anak pintar. Sebab, setiap anak memiliki bakat masing-masing.

"Tidak harus menuntut dia menjadi the best, tetapi lihat di mana passion-nya, kemudian kita fasilitasi," papar lulusan Universitas 17 Agustus Surabaya itu. (swn/c6/dos)


HAMPIR seminggu kegiatan belajar mengajar dimulai. Namun, si kecil masih ogah-ogahan untuk berangkat ke sekolah. Wah, libur panjang rupanya membuat


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News