Jangan Gagal Paham, Utang Indonesia Tak Dibagi Per Kepala
"Itu, kondisi utang Indonesia dipastikan masih aman, dan dikelola dengan hati-hati," terangnya.
Deni menjelaskan dari total utang pemerintah di atas (Rp 8.041,01 T) sebanyak 88,61 persen (atau Rp 7.124,98 triliun) bersumber dari Surat Berharga Negara (SBN), dan 11,39 persen (atau Rp 916,03 triliun) dari pinjaman.
Lalu bila dirinci, dari komposisi SBN itu sebesar 71,54 persen (atau Rp 5.752,25 triliun) dari investor dalam negeri dengan mata uang rupiah, sementara sisanya 17,07 persen adalah valuta asing.
Kemudian, pinjaman pemerintah terdiri dari pinjaman dalam negeri sebanyak Rp 29,97 triliun dan pinjaman luar negeri Rp 886,07 triliun.
"Ini menunjukkan pengelolaan kita makin baik karena utang yang kita terbitkan didominasi dalam mata uang rupiah dan dijual di pasar domestik. Resiko currency-nya makin kecil," jelas Deni.
Ke depan, Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPRR) Kemenkeu memiliki strategi untuk menjaga agar pengelolaan utang Indonesia semakin baik.
Deni menjelaskan di antaranya dengan mengurangi volume utang, memprioritaskan utang domestik dalam bentuk tupiah, dan menjaga agar tenor utang semakin panjang.
"Terakhir adalah mendorong SBN ritel untuk individu. Sehingga masyarakat punya opsi lebih untuk berinvestasi dengan imbal hasil yang baik dan aman, sekaligus berkontribusi pada pembangunan," pungkas Deni.(mcr10/jpnn)
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meluruskan anggapan bahwa penghitungan utang Indonesia dihitung per kepala atau per orang.
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul
- Utang Indonesia Turun di Awal 2024, Ini Penyebabnya
- Catatan Ketua MPR: Tetaplah Berhati-hati dan Bijaksana Mengelola Pertumbuhan Ekonomi
- Bea Cukai jadi Sorotan, Pengamat Intelijen & Keamanan Merespons Begini
- Usut Kasus Korupsi, KPK Periksa Sejumlah Pejabat Bea Cukai
- Prabowo-Gibran Bakal Pisahkan Ditjen Pajak dari Kemenkeu, Bamsoet Buka Suara
- Kabar Terkini Utang Indonesia, Meningkat Lagi, Untuk Apa?