Jatuh Bangun Mengejar Beasiswa ke Australia

Jatuh Bangun Mengejar Beasiswa ke Australia
Jatuh Bangun Mengejar Beasiswa ke Australia

Saya isi lagi aplikasi dari Murdoch dengan perasaan bingung sekaligus pasrah. Ya Allah..bagaimana sebenarnya nasib saya ini..seperti terombang ambing.. PHP kata anak jaman sekarang.

Memang Tuhan menguji saya sepertinya, apakah saya menyerah atau tidak mungkin menjadi nilai dimata-Nya. Saya ingat, bulan November tahun 2012, email dari case manager saya di EA masuk ke inbox.

Isi surat itu menyatakan saya bisa lanjut ke Curtin dengan penyetaraan biaya kuliah alias saya tidak perlu nombok. Sujud syukur saya panjatkan, dengan tekad yang bulat dan doa tentunya tidak ada yang tidak mungkin. Rejeki saya memang di Curtin tampaknya, tidak perlu jauh-jauh ke negara bagian Australia lainnya.

Tapi masih ada masalah ketiga yang saya hadapi. Saya lupa kalau IELTS itu batasnya 2 tahun (Juni 2010 – Juni 2012).

Ketika saya sudah siap ke Curtin, saya diingatkan bahwa IELTS saya sudah habis masa berlakunya, jadi saya harus mengulang kembali.

Wah, ternyata tidak semudah pertama kali. Saya sampai beberapa kali pindah tempat kursus IELTS karena merasa tidak ada peningkatan.

Saya nekad mengambil IELTS ketika saya ambil privat dengan tutor orang Amerika. Gagal. Kemampuan saya malah menurun.

Sedih, karena mengingat waktu, biaya privat dan tes yang cukup mahal. Berhenti dari privat, saya berniat ambil kursus singkat saja di IDP, 10 kali pertemuan dengan biaya yang cukup ekonomis.

Mendapat beasiswa untuk belajar ke luar negeri bukan hal yang gampang. Diperlukan tekad, persiapan, dan berbagai hal lain, seperti yang dialami oleh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News