Jemaah Aboge Salat Id di Hari yang Berbeda

Jemaah Aboge Salat Id di Hari yang Berbeda
Jemaah Aboge sedang salat Id. Foto: JPG/Pojokpitu

jpnn.com, PROBOLINGGO - Sabtu pagi warga Dusun Wuluhan Desa Leces, Kabupaten Probolinggo, Jatim mulai berdatangan memenuhi musala dan halaman setempat.

Mereka justru melaksanakan salat id pada hari ini. Mereka berpedoman pada kalender Islam yang diatur dalam kitab mujarobah.

Mereka menyebutnya dengan jemaah aboge. Istilah aboge sendiri diambil dari dua suku kata, yakni a dan bo ge. Kata a artinya alif atau tahun pertama dalam islam dan bo ge adalah rabo wage.

Penghitungan hari raya Idulfitri aliran aboge ini, disesuaikan dengan tahun baru islam.

Untuk tahun ini perhitungan 1 syawal, Idulfitri dalam hitungan wal ji ro, bulan syawal, hari siji atau satu, pasaran loro atau dua.

Sementara itu, ada 15 desa di 4 kecamatan di Kabupaten Probolinggo, atau sekitar 1500 jiwa yang tergabung jemaah aboge.

Acara baru berakhir dengan makan nasi tumpeng bersama di dalam musala.

Menurut Buddin, salah satu jemaah aboge setempat, meski berbeda perhitungan, tapi antara jemaah aboge maupun lainnya selalu hidup rukun dan berdampingan.

Sementara tu, menurut Kyai Buri Bariyah, tokoh jemaah aboge, mengatakan, berdasar perhitungan kitab mujarobah, puasa untuk jemaah aboge selalu genap 30 hari.

"Aboge sendiri bukanlah aliran islam, hanya perhitungan saja yang berbeda," ujarnya

Perhitungan aboge, akan tetap mempunyai selisih satu sampai dua hari, dengan salat Idulfitri yang ditetapkan pemerintah.

Berdasar perhitungan kitab mujarobah puasa untuk jemaah Aboge selalu genap 30 hari.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News