Jenderal Tito Karnavian: Mbah Saya Itu NU

Jenderal Tito Karnavian: Mbah Saya Itu NU
Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Foto: dok.JPNN.com

Dia menyatakan, keadaan itu tidak akan terjadi jika setiap elemen masyarakat hidup rukun. Bila warga tidak mampu hidup rukun, bukan hanya teroris yang akan masuk ke Indonesia. Peluang perpecahan juga semakin besar.

Untuk menciptakan suasana negara tetap kondusif, ada tiga poin utama yang disampaikan Tito. Pertama, negara harus mampu memperbaiki kondisi internal.

Saat ini, jarak antara yang kaya dan yang miskin masih jauh. Suatu negara dapat dikatakan kuat ketika mayoritas penduduknya berasal dari kalangan menengah.

Mereka yang disebut kalangan menengah adalah kaum yang terdidik, mampu berpikir logis, serta cukup sandang pangan dan papannya.

''Kita tidak bisa menutup mata kalau Indonesia masih belum punya masyarakat kelas menengah yang kuat. Selama ini masih banyak masyarakat kita yang berada di tingkatan low (bawah, Red),” jelasnya.

Kedua, mampu mengelola demokrasi. Menurut Tito, demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang sangat bagus. Demokrasi mampu menciptakan sistem pemerintahan yang kuat dan seimbang. Masyarakat juga memiliki potensi lebih besar menentukan arah negara.

Namun, terdapat dampak negatif bila tidak dikelola dengan baik. Kondisi itu dapat menimbulkan konflik. Paham radikal, misalnya. Lalu, politik dan segelintir orang yang menggunakan isu agama dalam berbagai hal sehingga berpotensi menimbulkan gangguan keagamaan.

''Kebhinekaan dan Pancasila itu sudah sangat dinamis. Tidak bisa diganggu gugat. Kebhinekaan mengajak semua pihak terutama umat Islam untuk menjaga bangunan NKRI,” tegasnya.

Setelah Selasa lalu (6/6) ke KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dan KH Maimoen Zubarir (Mbah Moen) di Rembang, kemarin (10/6) Kapolri Jenderal Tito Karnavian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News