Jokowi Effect Berkurang di Mata Investor
Berdasar kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), rupiah berada di posisi Rp 14.462 per dolar AS atau menguat jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira menyatakan, pasca-pengumuman resmi hasil pilpres, rupiah diperkirakan kembali mengalami koreksi di kisaran Rp 14.500–Rp 14.600 per dolar AS.
Dia menguraikan, ada beberapa faktor yang membuat rupiah bakal kembali mengalami tekanan.
Di antaranya, kondisi pilpres tahun ini berbeda jika dibandingkan dengan 2014 lalu. Saat itu optimisme pelaku pasar pascapemilu cukup tinggi.
Ada harapan pemerintahan di bawah Jokowi bisa mendorong ekonomi tumbuh hingga tujuh persen.
“Sekarang ekspektasinya tidak setinggi itu karena melihat tren lima tahun terakhir, ekonomi hanya mampu tumbuh lima persen. Jokowi effect berkurang di mata investor,’’ jelasnya.
Selain itu, lanjut Bhima, pengumuman hasil pilpres oleh KPU dan penolakan paslon 02 terkait dengan hasil pilpres tersebut dikhawatirkan memancing kegaduhan.
Hal itu menunjukkan demokrasi yang kurang sehat karena eskalasi politik justru meningkat stelah pencoblosan selesai.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) langsung menguat 44,25 poin atau 0,75 persen setelah Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengumumkan hasil Pemilu 2019.
- IHSG Kebagian Untung Atas Hasil Quick Count Prabowo-Gibran
- Sukarelawan Ungkap Jokowi Effect Sebenarnya, Ada Istilah Tsunami Pembalasan
- Tips agar Petugas KPPS Pemilu 2024 Tetap Sehat, Peristiwa Tragis 2019 Jangan Terulang
- Survei Terbaru Ipsos: Siapa Terdongkrak Jokowi Effect?
- IHSG 2023 Tetap Optimistis di Tengah Volatilitas Pasar, Ini Kuncinya!
- Kapolri Ingatkan Bahaya Politik Identitas yang Terjadi di Pemilu 2019