Jokowi Harus Hilangkan Mentalitas 7 Persen

Perekonomian Indonesia Bisa Tumbuh Double Digit

Jokowi Harus Hilangkan Mentalitas 7 Persen
Yudi, penjual foto presiden terpilih Joko Widodo di Pasar Blauran kemarin. Foto: Dipta Wahyu/Jawa Pos

jpnn.com - JAKARTA – Naiknya Joko Widodo (Jokowi) ke kursi presiden menjadi sorotan beberapa intelektual internasional yang selama ini banyak menggeluti isu seputar Indonesia. Seperti, Profesor Gustav Papanek dari Boston University dan Profesor Jeffrey Winters dari Northwestern University, Amerika Serikat (AS).

Gustav menyatakan, saat ini Indonesia berada dalam satu kesempatan dalam 100 tahun untuk memperbaiki taraf hidup seluruh rakyat. Perbaikan itu bisa dilakukan dalam lima tahun pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla.

"Kuncinya, merealisasikan potensi pertumbuhan ekonomi 10 persen setiap tahun," ujarnya dalam laporan terbaru yang diterbitkan lembaga riset Transformasi.

Profesor yang aktif meneliti Indonesia sejak awal 1960-an ketika menjabat director of Harvard’s Development Advisory Service itu menyebutkan, pertumbuhan ekonomi 10 persen tersebut sangat mungkin diraih. Sebab, Tiongkok yang memiliki kapasitas ekspor USD 1.500 miliar dalam industri padat karya kini mulai kehilangan daya saing.

"Indonesia dapat merebut sebagian pasar tersebut," katanya.

Tentu, hal itu tidak semudah membalik telapak tangan. Menurut profesor kelahiran Wina, Austria, 12 Juli 1926, tersebut, dibutuhkan reformasi tegas di Indonesia. Misalnya, pengurangan subsidi BBM pada awal masa pemerintahan, lalu mengalihkan anggarannya untuk pembangunan infrastruktur.

"Hal itu akan memicu investasi dan penerimaan pajak," jelasnya.

Langkah lain yang harus dijalankan dengan tegas adalah memperbaiki iklim investasi dengan perbaikan peringkat korupsi. Gustav menyebutkan, Jokowi harus mengurangi diskresi pejabat pemerintah yang berwenang dalam urusan proyek sehingga kesempatan pejabat untuk meminta imbalan sebagai bentuk korupsi semakin kecil.

JAKARTA – Naiknya Joko Widodo (Jokowi) ke kursi presiden menjadi sorotan beberapa intelektual internasional yang selama ini banyak menggeluti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News