Jokowi Ingin Perkuat Ekonomi Digital, Tetapi Masih Kekurangan Programmer

Jokowi Ingin Perkuat Ekonomi Digital, Tetapi Masih Kekurangan Programmer
Indra Charismiadji (kiri) dan Kasie Evaluasi Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud Arfah Laidiah Razik. Foto: Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Praktisi Pendidikan Indra Charismiadji menilai keinginan Presiden Jokowi untuk memperkuat ekonomi digital akan terganjal sumber daya manusia (SDM). Saat ini Indonesia masih kekurangan programmer. Padahal programmer sangat dibutuhkan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital.

"Kita mau jadi pemain serius di ekonomi digital tapi kekurangan programmer. Padahal kan banyak sarjana komputer, anak SMK yang lulusan TIK juga semakin banyak. Namun, kenapa kita kekurangan dan menggunakan tenaga India dan Tiongkok," kata Indra di sela sela pelatihan guru mata pelajaran Simulasi dan Komunikasi Digital besutan Kemendikbud bersama Eduspec serta PT Charisma Multimedia Education, Senin (29/7).

Penggunaan tenaga asing ini, lanjutnya, karena anak-anak Indonesia kesulitan berkolaborasi. Mereka sulit kerja sama dalam satu tim. Ini yang harus diubah, bagaimana mereka mampu berkolaborasi dengan baik.

Kelemahan lainnya adalah kreativitas anak-anak Indonesia tidak muncul. Contohnya saat disuruh menggambar pemandangan, hasilnya sama semua. Yang di pikiran mereka pemandangan itu adalah gunung dua.

BACA JUGA: Muhadjir: Jangan Angkat Guru Honorer, Lebih Baik Pertahankan yang Sudah Pensiun

"Itu sebabnya ada pelatihan guru ini. Kami coba polanya dengan menggunakan aplikasi. Jadi nanti guru-guru kami ajarkan untuk membuat aplikasi android. Bukan ajarin cara bikin aplikasinya tapi pakai aplikasi untuk memunculkan HOTS (higher order thinking skill)-nya," terang Indra yang menyusun kurikulum dan materi Simulasi dan Komunikasi Digital yang baru ini.

Dia mengaku akan terjun langsung memberikan pelatihan ini selama 48 jam ditambah dua jam daring setiap minggu sampai Oktober 2019. “Akan saya kawal sendiri pelatihan guru dan implementasi di sekolah sampai ke siswanya.

Dalam menyusun kurikulum ini saya didukung banyak pihak seperti Carnegie Mellon University (USA), code.org, Eduspec, dan juga para akademisi Fakultas Sistem Informasi dan Fakultas Ilmu Komputer dari Universitas Bina Nusantara," bebernya.

Programmer sangat dibutuhkan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi digital, sehingga didatangkan dari India dan Tiongkok.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News