Jokowi, Pak Harto, dan ASEAN

Jokowi, Pak Harto, dan ASEAN
Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menghadiri prosesi Kick-Off Keketuaan ASEAN 2023 di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (29/1/2023). Foto: ANTARA/Gilang Galiartha

Ketika itu Pak Harto baru saja dilantik sebagai presiden Republik Indonesia setelah menghancurkan gerakan PKI.

Singapura baru saja merdeka dan Lee Kuan Yew juga dikenal sebagai pemimpin yang sangat anti-komunis. Sepanjang perjuangannya membentuk Singapura, Lee Kuan Yew bertarung keras dengan orang-orang komunis yang didukung oleh Tiongkok.

Malaysia di bawah Teuku Abdurrahman juga sangat khawatir akan serangan kelompok komunis yang sangat agresif. Pemberontakan komunis dari wilayah-wilayah pinggiran Malaysia menjadi ancaman yang konstan bagi Malaysia yang baru menerima kemerdekaan dari penjajah Inggris.

Dalam semangat anti-China dan antikomunis itulah ASEAN didirikan. Deklarasi Bangkok 8 Agustus 1967 menjadi landasan berdirinya ASEAN yang tujuan utamanya ialah mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan kebudayaan, serta meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional.

Tak sebatas menjadi pelopor ASEAN, Pak Harto juga menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk organisasi ini menjalankan

KTT Pertama ASEAN di Bali pada 1976 sepakati menjadikan Jakarta sebagai kedudukan sekretariat ASEAN. Maka dibangunlah gedung sekretariat ASEAN di Jalan Sisingamangaraja, Jakarta Selatan, yang diresmikan oleh Pak Harto pada 9 Mei 1981.

Dalam berbagai kesempatan, Pak Harto memperlihatkan kesungguhannya dalam mendorong solidaritas ASEAN. Salah satunya ketika KTT Ketiga ASEAN khendak digelar di Manila, sementara situasi keamanan Filipina yang kala itu dipimpin oleh Corazon Aquino kurang kondusif.

Kondisi itu menimbulkan keraguan di antara para pimpinan ASEAN. Pak Harto memutuskan untuk tetap berangkat ke Manila dan meyakinkan semua kepala negara ASEAN untuk hadir. Mereka pun kompak hadir bersama Pak Harto.

Pak Harto berada di garis terdepan memimpin negara-negara anggota ASEAN untuk menahan laju komunisme di Asia Tenggara. Sekarang situasinya berubah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News