Jokowi Pertahankan Postur APBN 2018, Ini Alasannya

Jokowi Pertahankan Postur APBN 2018, Ini Alasannya
Presiden Jokowi dan Menkeu Sri Mulyani. Foto: Ricardo/dok.JPNN.com

Selain itu, SMI juga menyebut perekonomian Indonesia pada semester I 2018 bisa tumbuh 5,1 persen. Sedangkan penerimaan perpajakan semester 1 PPn non-migas tumbuh 14,9 persen.

Angka itu lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang hanya 6 persen. Sedangkan pada 2016 hanya tumbuh 7 persen.

Penerimaan perpajakan yang berasal dari PPn tumbuh hampir sama dengan tahun lalu, yaitu 13,6 persen. Sedangkan pada 2016, pertumbuhan PPn justru negatif.

Adapun kini, penerimaan negara dari bea dan cukai tumbuh 16,7 persen. "Ini pertumbuhan penerimaan bea dan cukai tertinggi sejak tiga tahun terakhir," tukasnya.

Selain itu, PPh migas meningkat 9 persen dibandingkan 2016 yang minus 40 persen dan minus 69 persen pada 2017.
Dari sisi perpajakan ada hal positif lain, yaitu kepatuhan wajib pajak (WP) dalam membayar pajak.

Angka WP pribadi naik 14 persen, sedangkan WP badan hukum tumbuh 11,2 persen. "Kalau lihat dari penerimaan perpajakan, kita melihat suatu dinamika ekonomi yang cukup positif," lanjut menteri kelahiran 26 Agustus 1962 itu.

Dari sisi PNBP, karena dengan harga minyak dunia tinggi dan kurs rupiah terhadap dolar AS (USD) yang melemah, maka penerimaan sumber daya alam migas mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Ada pertumbuhan 47,9 persen dibandingkan tahun lalu yang pertumbuhannya juga sudah cukup signifikan di angka 115 persen.

Karena kedua penerimaan baik pajak maupun PNBP cukup kuat, kata SMI, maka pemerintah melihat pertumbuhan dan proyeksi penerimaan negara pada 2018 kemungkinan tetap bisa dijaga. Bahkan, pencapaiannya diyakini akan mendekati yang direncanakan.(fat/jpnn)


Menkeu Sri Mulyani menyatakan, postur APBN cukup baik dan tidak mengalami deviasi yang besar dari sisi jumlah penerimaan negara dan jumlah belanja negara.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News