Kasus Harian COVID-19 di Indonesia Naik, Epidemiolog Ingatkan Angka Sebenarnya Jauh Lebih Tinggi

Kasus Harian COVID-19 di Indonesia Naik, Epidemiolog Ingatkan Angka Sebenarnya Jauh Lebih Tinggi
Seorang pasien berbaring di kursi menunggu masuk ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Loekmono Hadi, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (02/06/2021). (Supplied: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/nz.)

Windhu menilai yang harus dilakukan untuk mencegah penularan dari Bangkalan adalah pemberlakuan PSBB dan penutupan perbatasan.

Kondisi di Bangkalan ini diibaratkan Windhu seperti sebuah rumah yang terbakar sehingga harus dilokalisasi supaya kebakaran tersebut tidak merembet ke rumah-rumah di sebelahnya.

"PPKM mikro nggak bisa efektif kalau tracing [di Bangkalan] rendah. Jadi nggak bisa PPKM mikro, harus minimal PSBB satu Kabupaten, perbatasan di tutup, nggak boleh ada yang lalu-lalang kecuali ambulans dan kendaraan pembawa logistik," tambah Windhu.

Angka tes dan tracing atau pelacakan memang telah menjadi kunci dari penanganan COVID-19.

Kawal COVID-19 pernah merekomendasikan angka minimal 30 orang yang dilacak untuk tiap kasus COVID-19 dalam pengendalian pandemi.

Kota Surabaya lacak 40 orang untuk setiap satu kasus positif

Pemerintah Kota Surabaya sendiri mengklaim telah mampu melacak 40 orang untuk setiap 1 kasus positif COVID.

Pelacakan atau tracing di Kota Surabaya dilakukan oleh gabungan petugas 63 Puskesmas beserta Babinsa dan Babinkamtibmas setempat yang totalnya mencapai sekitar 2.000 orang.

Kepala Puskesmas Sememi Kota Surabaya, dr Lolita Riamawati adalah salah satu dari ribuan petugas yang sehari-hari melacak riwayat kontak pasien COVID dari pintu ke pintu untuk dites dan dirawat.

Angka harian kasus COVID, khususnya di Pulau Jawa, dan tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit tercatat naik

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News