KBBI Braille Bentuk Keberpihakan pada Penyandang Tuna Netra

KBBI Braille Bentuk Keberpihakan pada Penyandang Tuna Netra
Penyerahan master KBBI dengan huruf Braille dari Pusat Pengembangan dan Pelindungan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud kepada Kemendikbud dan Kemensos, Rabu (26/12). Foto: Humas Kemendikbud

Alih huruf menjadi KBBI Braille dilakukan dengan melibatkan penyandang disabilitas netra langsung sebagai pengguna kamus. Setelah pengalihan ke huruf Braille selesai dan dicetak, dilaksanakan penyuntingan langsung oleh penyandang disabilitas netra untuk menghindari kesalahan penulisan, keterbacaan, dan sebagainya. Setelah itu, KBBI Braille dicetak dan dijilid secara khusus. Dalam setiap jilidnya berisi 50 lembar kertas khusus cetakan Braille.

Secara keseluruhan, KBBI Braille terbagi dalam 139 jilid, setiap jilidnya terdiri atas bagian depan kamus yang berisi petunjuk pemakaian, lalu bagian batang tubuh berupa entri kamus dari A—Z, dan bagian belakang yang berisi lampiran.

KBBI Braille mengikuti tampilan KBBI V yang mencakup jenis, ukuran, tulisan, dan penggunaan logo Kemendikbud selaku institusi pengalih huruf.

Adapun perbedaan kamus terdapat pada tambahan nama instansi pengalih huruf berikut pencetaknya serta logo Braille.

Keberadaan KBBI Braille diharapkan dapat menjadi sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa terutama para penyandang disabilitas netra.

Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa Gufron Ali Ibrahim menjelaskan bahwa Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa setiap tahun melakukan pemutakhiran kata selama dua kali yaitu pada bulan April dan bulan Oktober. "Terakhir kali adalah penggunaan "lingko" di bulan Oktober," jelasnya.

Pemutakhiran ini dilakukan oleh pemerintah daerah melalui pengindonesiaan seluruh fasilitas umum. Salah satunya itu istilah "jak lingko", lingko berasal dari bahasa daerah Nusa Tenggara Timur yang berarti sawah berjejaring.(esy/jpnn)


Pemerintah menunjukkan keberpihakannya kepada penyandang tuna netra di Indonesia untuk mendapatkan akses penggunaan Bahasa Indonesia.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News