Ke Darul Uloom Zakariyya, Pesantren Multibangsa di Johannesburg

Sekamar Punya Enam Kamar Mandi dan Enam Tempat Wudu

Ke Darul Uloom Zakariyya, Pesantren Multibangsa di Johannesburg
Salah satu santri asal Indonesia di depan Pesantren Darul Uloom Zakariyya di Johannesburg, Afrika Selatan. Foto : Jawa Pos
 

Semula, saya mengira dia orang India. Tapi, ketika saya ajak berbicara bahasa Inggris, dia malah tersenyum. "Saya orang Indonesia, Mas. Ibu saya asli Blauran, Surabaya. Bapak saya yang orang India. Saya lahir dan besar di Palembang," kata pria yang memperkenalkan diri bernama Muhammad Zaki itu.

 

Zaki adalah murid madrasah aliyah kelas akhir (setingkat kelas 3 SMA). Dia hampir lima tahun nyantri di Ponpes Darul Uloom. Dia lantas mengenalkan saya dengan Abdurrahim, ketua pelajar Indonesia yang tinggal di Darul Uloom. Dua santri muda itu lalu mengantar saya berkeliling pondok, mulai asrama tempat tinggal para santri, masjid, hingga tempat makan.

 

"Di sini, tugas santri hanya belajar. Untuk makan, sudah disediakan pengelola pondok. Begitu pula cuci pakaian, sudah ada yang mengerjakan," ungkap Abdurrahim yang menempuh pendidikan di ma"had ali (setingkat perguruan tinggi) jurusan ilmu hadis itu.

 

Sudah tiga tahun pemuda asal Lombok tersebut tinggal di Darul Uloom. Ketika ditanya biaya yang harus dibayar setiap santri, Abdurrahim menyebut sekitar 12 ribu rand per tahun (sekitar Rp 15 juta). "Itu sudah semua. Tapi, hampir separo yang tinggal di sini tidak membayar karena mendapat beasiswa dari lembaga-lembaga yang bekerja sama dengan pondok ini," jelas santri yang juga menjadi ketua Presidium Persatuan Pelajar Indonesia Afrika Selatan tersebut.

Di Afrika Selatan terdapat sebuah pondok pesantren multibangsa yang cukup besar. Santrinya sekitar 700 orang dari 54 negara. Termasuk dari Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News