Kebenaran Baru

Oleh: Dahlan Iskan

Kebenaran Baru
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Prof Hanif sekolah ibtidaiah dan tsanawiyah di pondok terkenal di Demak: Pondok Futuhiyyah Mranggen. Sampai kelas 2 berhenti. Lalu masuk kelas 3 di SMP swasta Sultan Agung di Semarang.

Lulus SMP Hanif masuk sekolah pendidikan guru, SPG –seperti istri saya. Kini jenis sekolah ini sudah tidak ada lagi.

Latar belakang ekonomi keluarga di desa membuatnya tidak mampu masuk universitas. Kebetulan, tahun itu pemerintah membuka Universitas Terbuka (UT).

Jadilah Hanif mahasiswa UT angkatan pertama. Ia mengambil jurusan administrasi negara. Lalu mengambil S-2 di UI dan S-3 di Universitas Padjadjaran Bandung.

"Penelitian kuantitatif dengan metode survei skala Likert sebenarnya tidak meneliti apa-apa," katanya.

Mereka hanya meneliti indikator-indikator konsep saja. Responden diminta pendapat sangat setuju setuju, kurang setuju, tidak setuju sangat tidak setuju terhadap indikator-indikator konsep.

Prof Hanif berkarier di UT. Ia ikut berperan mengembalikan UT menjadi universitas sebenarnya.

Awalnya UT hanya semacam ''event organizer'': merekrut dosen non-UT untuk semacam "buka lapak" di UT. Setelah itu UT punya dosen sendiri.

Kalau peneliti kuantitatif disebut sebagai guru kebenaran baru dan para buzzer muridnya, terlihatlah bahwa di zaman ini murid telah lebih hebat dari guru.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News