Kegigihan Edi Priyanto, Demi Cita-Cita Setiap Hari Tempuh 12 Km dengan Kursi Roda

Selalu Bangun Jam 3 Pagi, Sampai Sekolah Paling Awal

Kegigihan Edi Priyanto, Demi Cita-Cita Setiap Hari Tempuh 12 Km dengan Kursi Roda
TETAP SEMANGAT: Edi Priyanto, setiap hari menempuh 12 Km PP dengan kursi roda dari rumah ke sekolahnya di SMPN 2 Sewon. Ia ingin bersekolah setidaknya sampai SMA. Foto: Heri Susanto/radar Jogja/JPNN

Keluar dari pintu rumah, matahari memang masih belum be-gitu terang menunjukkan sinarnya. Edi sudah berada di atas kursi rodanya untuk melewati jalan kampung dan aspal Jalan Parangtritis menuju sekolah.

Pergi dan pulang (PP) sekolah dengan jarak 12 Km, Edi mengaku hanya ditemani kursi rodanya yang sudah mulai rusak. Ini ia lakukan dalam segala cuaca. Baik kala cerah maupun hujan, Edi terbiasa menggapai cita-citanya seorang diri.

Jika hujan, ia hanya mengandalkan jas hujan. “Dulu pas SD juga sering sendiri,” kenang bocah kelahiran 30 Oktober 1997 ini.

Saat masih menempuh pen-didikan dasar, jarak tempuhnya malah lebih jauh. Sekitar 12 Km. Sebab, rumahnya berada di Manggung, Sumberagung, Jetis, sedangkan sekolahnya di SD N Wijirejo, Palbapang, Bantul. “Kalau ibu lagi tidak bisa mengantar, biasanya sendiri,” ujar pelajar kelas VII ini.

Kebiasaan bangun pagi sejak masih di SD inilah yang masih terus dilakukan Edi. Bahkan karena kebiasan ini, Edi mengalahkan teman-temannya yang diantarkan sepeda motor atau naik sepeda. Edi sampai di sekolah paling awal. ”Sampai sekolah biasanya jam enam kurang lima menit,” terangnya.

Edi mengaku menolak diantarkan sang ibu dengan sepeda ke sekolah. Ia memilih menggunakan kedua tangannya untuk memutar kursi rodanya menempuh 5 Km atau 55 menit ke sekolah. ”Biar melatih mandiri,” jawabnya singkat.

Semangat Edi tak hanya karena ingin mandiri. Perjuangannya untuk bisa bersekolah hanya ingin kelak ia bisa membantu sang ibu yang kesehariannya sebagai pengayam kepang. Ia tak ingin melihat ibunya masih bekerja keras hanya untuk dirinya. ”Pengin kerja dan bisa bantu ibu,” tuturnya.

Edi menjelaskan, dengan kon-disinya yang mengalami osteogenesis imperfekta atau penya-kit tulang rapuh sejak kecil, bukanlah penghalang. Ia berkeinginan akan melanjutkan stu-dinya sampai bangku SMA. Kemudian bekerja untuk mem-bantu menghidupi keluarga.

Keterbatasan fisik bukanlah menjadi penghalang meraih cita-cita. Jika punya semangat, pasti ada jalan untuk menggapai harapan itu. Inilah prinsip

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News