Kekhawatiran Prabowo soal Unicorn Dinilai Wajar

Kekhawatiran Prabowo soal Unicorn Dinilai Wajar
Prabowo Subianto dalam debat kedua kontestan Pilpres 2019 di Hotel Sultan Jakarta, Minggu (17/2). Foto: Ricardo/JPNN.Com

jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Developing Countries Studies Center (DCSC) Zaenal A Budiyono mengapresiasi pernyataan Prabowo soal potensi startup raksasa alias unicorn memperparah kebocoran keuangan negara. Menurut dia, pernyataan itu menunjukkan bahwa Prabowo berpikir jauh ke depan.

“Sepintas pernyataan ini terkesan pesimis di tengah booming internet, padahal sebenarnya itu adalah kekhawatiran yang wajar,” ujar Zaenal, Senin (18/2).

Pasalnya, lanjut dia, di era digitalisasi sekarang ini, hubungan antara aktivitas ekonomi kreatif dan ownership sering kali tidak linear. Banyak studi yang menjelaskan bagaimana startup mainstream di suatu negara tidak serta-merta menyumbang keuntungan maksimal bagi negara tersebut.

Itu dikarenakan startup memperoleh modal dari pihak asing. “Bahkan hampir semua unicorn Indonesia juga dikuasai asing,” ujar dosen Universitas Al-Azhar Indonesia ini.

Imbasnya, dalam strategi dan pengembangan pasar, tidak lagi menjadi hak mutlak pengembang, melainkan justru dikendalikan investor. Inilah paradoks hukum pasar yang masih eksis hingga hari ini.

Namun, tambah Zaenal, sikap waspada terhadap raksasa ekonomi luar berbeda dengan xenophobia. Xenophobia sikap anti-asing yang lebih disebabkan sentimen anti perbedaan dan cenderung bersifat irasional.

“Sementara waspada, justru tidak anti yang irasional, melainkan menyiapkan diri jangan sampai menjadi “korban” para raksasa kapitalisme yang rakus. Di situ poinnya,” beber dia.

Zaenal juga meyakini bahwa Prabowo bukannya tidak memahami bisnis digital atau istilah unicorn. Calon presiden nomor urut 02 itu justru bisa membaca adanya jebakan dari lawan.

Prabowo takut berkembang pesatnya bisnis digital yang sudah memunculkan sejumlah unicorn dapat berdampak negatif terhadap keuangan negara.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News