Kemenpar Pasang Jurus WIN Way di Uni Emirat Arab

Kemenpar Pasang Jurus WIN Way di Uni Emirat Arab
Menpar Arief Yahya (dua kanan). Foto: Kemenpar

jpnn.com, DUBAI - Tak ada kata lelet dalam kamus Menpar Arief Yahya. Action dan jurus-jurus pemungkas selalu ditebarkan dalam kecepatan yang tinggi. Terbaru, ada jurus WIN Way yang ditebar sebelum Sales Mission Dubai dan Abu Dhabi di Uni Emirat Arab (UEA).

Ya, sebelum sales mission di Dubai dan Abu Dhabi, 18-19 Oktober 2017, jurus WIN Way (Wonderful Indonesia Way) ala Menpar Arief Yahya sangat jelas terlihat. Rumus 3S, yakni solid, speed dan smart langsung dikeluarkan.

Pertama, solid, kompak, bersatu menuju Indonesia Incorporated. Sebelum agenda berlangsung, Kemenpar, KBRI Abu Dhabi, Visit Indonesia Tourism Officer (VITO) Middle East, hingga industri semuanya diajak kompak merancang strategi pemasaran. Semua diajak kerja solid untuk mendapatkan "kue besar" di pasar pariwisata Uni Emirate Arab.

"Setelah landing di Dubai, Senin malam, pasukan kami pecah dua. Saya memonitor persiapan di Abu Dhabi, sementara VITO Middle East fokus di Dubai. Kami bekerja solid dengan semangat Indonesia Incorporated," terang pimpinan rombongan Sales Mission Kemenpar di UAE, Rita Sofia, Selasa (17/10).

Setelah Itu, urusan speed jadi concern berikutnya. Mengapa urusan speed menjadi penekanan Kemenpar di Sales Mission itu?

Jawaban wanita berkerudung itu sangat tegas. Alasannya pun sangat masuk akal. "Karena target jumlah kunjungan wisman tahun 2017 ini naik 25 persen dibanding 2016. Dari 12 juta menjadi 15 juta," ucapnya.

Itu artinya, tenaga yang di push juga harus lebih besar. Speednya juga harus lebih kencang. Sumber daya yang digunakan juga harus besar. KBRI Abu Dhabi dan VITO Middle East yang menjadi "mata" dan "telinga" pemerintah di Dubai dan Abu Dhabi ikut digandeng. Sementara industri yang menjadi mesin penggeraknya diberi amunisi yang cukup untuk menjual paket-paket yang pas dengan selera 1,8 juta penduduk UEA dan 7,2 juta ekspatriat yang tinggal di sana.

Perumpamaannya kemudian dianalogikan Asisten Deputi Pengembangan Pasar Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Kemenpar, Nia Niscaya. Ibarat laju kendaraan, kalau selama ini berjalan pada kecepatan 60 km/jam, maka sekarang harus digas 4 kali lebih kencang menjadi 240 km/jam.

Menpar Arief Yahya tak punya kata lelet dalam kamusnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News