Kementan: Urban Farming Dukung Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Program ini tidak hanya menyasar lahan hamparan yang sudah ada, tetapi juga petani dengan lahan sempit.
“Mengapa dinamakan ‘kampung’? Supaya terkonsentrasi dan terfokus. Kita fokuskan di desa-desa dengan salah satu sasaran petani lahan sempit. Jadi, 10 hektare bukan hanya hamparan saja,” jelas Anton.
Kampung Hortikultura mengusung konsep One Village One Variety (OVOV). Komoditas yang dikembangkan akan disesuaikan dengan agroekosistemnya.
Kemudian, kampung tersebut akan dibantu benih unggul, pengendalian OPT, serta sarana dan prasarana dengan tetap memperhatikan sisi ramah lingkungan.
Melalui program Kampung Hortikultura, Anton berharap mampu meningkatkan kesejahteraan para petani dengan produktivitas hasil yang tinggi dan pengembangannya menjadi area agro edu wisata.
Sebagai informasi, urban farming merupakan usaha pertanian di perkotaan dengan memanfaatkan lahan-lahan terbuka yang ada di sekitar masyarakat.
Luas lahan yang digunakan rata-rata seluas 5-50 m2. Komoditas yang umum diusahakan adalah tanaman yang berumur pendek seperti aneka sayuran daun dan buah, tanaman obat serta tanaman hias.
Turut hadir dalam FGD ini artis dan pegiat aquaponik Mark Sungkar, Dosen IPB dan pakar urban farming Hadi Deddy Soesilo, penyuluh pertanian Dinas Pertanian Karawang Ajud Tajrudin, artis dan pegiat pangan organik Melly Manuhutu.
Sejak urban farming menjadi tren, penjualan benih hortikultura meningkat hingga lima kali lipat.
- Wamentan Sudaryono Kunjungi Pusat Pertanian di Belanda, Ini Tujuannya
- Kementan Kukuhkan Young Ambassador Agriculture 2025 & Duta Brigade Pangan Inspiratif
- Mentan Amran Sebut Produksi Beras Melonjak, Ini Angka Tertinggi
- Wamentan Sudaryono Optimistis Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia
- Kementan Cetak Petani Muda, Indonesia Jadi Role Model Global
- Mentan Amran dan Wamentan Sudaryono Jadi Ujung Tombak Mencapai Swasembada Pangan