Kepentingan Politik Juga Memengaruhi Penanganan COVID-19 di Australia

Para pemimpin di seluruh dunia saat ini sedang mengatasi pandemi COVID-19 dengan pilihan sulit antara mementingkan masalah kesehatan dan ekonomi, yang juga bercampur dengan kepentingan politik.
Tidak saja menghadapi tuntutan dari rakyat yang mereka pimpin, pertentangan mengenai arah yang harus dituju juga muncul dari berbagai kalangan, termasuk di kalangan pejabat pemerintahan sendiri yang seharusnya bisa bekerjasama.
Dalam sistem yang berbeda-beda di tiap negara, kebijakan yang diambil atau dijalankan di tingkat pusat kadang berbeda dengan apa yang dilakukan di tingkat bawahnya.
Hal tersebut tampak terjadi di Australia, di mana perbedaaan kebijakan tampak jelas di pusat dan daerah, seperti dialami negara bagian Victoria yang sedang menghadapi pandemi gelombang kedua.
Dua belas bulan lalu, atau setidaknya 10 bulan lalu, barangkali tidak banyak negara yang menduga jika pandemi COVID-19 akan berkembang seperti sekarang ini.
Sifatnya yang mendadak dan virus yang dengan sangat mudah menular membuat banyak negara terkejut.
Kebijakan yang dijalankan kemudian terlihat tambal sulam karena memang tidak ada petunjuk jelas apa yang harus dilakukan.
Australia dan Selandia Baru pada awalnya muncul sebagai negara yang mengambil kebijakan cepat untuk mencegah menyebarnya virus tersebut di negeri masing-masing.
Para pemimpin di seluruh dunia saat ini sedang mengatasi pandemi COVID-19 dengan pilihan sulit antara mementingkan masalah kesehatan dan ekonomi
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- RUU Polri Dinilai Membuat Polisi Superbody
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM
- Korea Selatan dan Australia Ramaikan Semarang Night Carnival 2025