Keramat Sendang Mbah Meyek: Pelarian Putri Tak Mulus, Terkepung, Petir Menyambar
jpnn.com, SURAKARTA - Pandemi Covid-19 membuat kebiasaan tahunan membersihkan desa dan wayangan di Sendang Mbah Meyek harus diganti dengan bancakan sederhana.
Sendang Mbah Meyek ini terletak di Kampung Bibis Kulon RT 005 RW 007, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Surakarta.
Penjaga Sendang Mbah Meyek, Sugimin, 66, menuturkan, pandemi membuat semua kegiatan yang biasanya digelar warga batal.
"Ya untuk sekadar tetap melestarikan kearifan lokal, kami membuat bancakan dan berdoa bersama," katanya seperti dilansir Radar Solo, Minggu (1/11).
Ada yang percaya, jika ritual adat tidak digelar maka keburukan akan muncul dan mengganggu warga di kampung. Bagaimana menurut Sugimin?
Dia menuturkan, 'bersih desa' dan wayangan memang menjadi agenda wajib tiap tahun.
Namun, warga juga harus menyesuaikan kondisi dan situasi saat ini.
Oleh karena itu, rangkaian peringatan Suro dilakukan dengan sederhana.
Keberadaan Sendang Mbah Meyek berawal dari cerita tentang Dyah Sri Widyawatiningrum.
- Biaya Fantastis Restorasi Rumah Dinas Gubernur Jakarta, Disebut karena Cagar Budaya
- KCBN Candi Muarajambi Punya Kemiripan dengan Vietnam, Ini Faktanya
- Rakyat Solo Sesaki Jalanan Sambut Ganjar-Mahfud Hadiri Hajatan Rakyat
- Kampanye Akbar Ganjar-Mahfud di Benteng Vastenburg, TPN Sebut 100 Ribu Orang akan Hadir
- Candi Muarajambi Destinasi Edukasi yang Dilindungi Masyarakat, Pusat Peradaban
- Kemendikbudristek Siapkan Dana Rp 600 Miliar untuk Revitalisasi KCBN Muarojambi