Kesalahpahaman soal Indonesia yang Masih Sering Ditemukan di Australia

Kesalahpahaman soal Indonesia yang Masih Sering Ditemukan di Australia
Perdana Menteri Anthony Albanese disambut di Istana Bogor oleh Presiden Indonesia Joko Widodo. (AAP: Alex Ellinghausen )

Bahasa Indonesia kurang diminati

Diza Alia, yang sudah tinggal di Australia selama lebih dari dua puluh tahun, mengaku selalu bangga setiap kali ada orang Australia yang berbicara dalam bahasa Indonesia kepadanya.

Suatu hari, seseorang menyapanya dalam Bahasa Indonesia setelah dia menelepon temannya di Indonesia.

"Setelah saya tutup telepon, dia bilang 'Apa kabar?' dan saya agak kaget karena dia sepertinya bukan orang Indonesia," kata Alia.

"Saya merasa senang dan bangga karena dia bisa berbicara sedikit dalam Bahasa Indonesia."

Diza, yang juga direktur hubungan masyarakat Asosiasi Pelajar Indonesia Australia, mengatakan pengajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah lokal di Australia telah menurun karena kurangnya minat dan pendanaan.

"Orang Indonesia yang tinggal di Australia umumnya kurang mempromosikan bahasa Indonesia kepada orang Australia," katanya.

Dianggap negara miskin

Kathy Kimpton, yang pindah ke Australia pada tahun 1998, mengatakan beberapa orang yang ditemuinya menganggap Indonesia adalah negara yang miskin, tidak berpendidikan dan terbelakang dan ini membuatnya tidak nyaman.

"Saya sangat berharap untuk mengubah persepsi negatif ini," kata Kathy.

Memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77, ABC bertanya kepada warga Indonesia di Australia soal kesalahpahaman apa yang sering mereka temukan saat berinteraksi dengan orang Australia

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News