Kesempatan Industri Mebel Genjot Ekspor

Kesempatan Industri Mebel Genjot Ekspor
Salah satu pekerja UKM Mebel Berkah mengerjakan kursi pesanan. Foto: Tumpak M Tampubolon/Indopos/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Industri mebel tanah air justru mendapat angin segar dari nilai tukar rupiah yang melemah di hadapan dolar AS. Sekjen Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur menyatakan bahwa sebagian besar orientasi pelaku usaha adalah ekspor. Sebanyak 80 persen bahan bakunya didapat dari lokal.

Momentum itu akan digunakan untuk menggenjot kinerja mebel agar bisa memenuhi target ekspor hingga akhir tahun. Yakni, USD 2 miliar untuk mebel dan USD 850 juta untuk kerajinan.

Sepanjang Januari–Juni 2018, ekspor furnitur dan kerajinan mampu meraih angka USD 1,3 miliar atau tumbuh 9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

’’Tapi, itu bukanlah keuntungan yang ada dalam rencana kami karena hanya diperoleh dari selisih kurs. Bukan dari kenaikan kapasitas produksi,’’ tuturnya.

Di sisi lain, dia menyayangkan peluang industri mebel untuk tumbuh makin besar ternyata tidak diimbangi regulasi yang pas dari pemerintah. Misalnya, adanya aturan SVLK. Menurut dia, SVLK (sistem verifikasi legalitas kayu) merupakan regulasi yang sangat tidak produktif.

’’Pemerintah minta para eksporter mebel menaikkan ekspor dan kapasitas produksi. Tetapi, kapan mereka mendukung pertumbuhan industri mebel dengan stimulan yang terencana? Kapan juga mereka membantu pemasaran dan promosi yang masif, serta mendukung inovasi peremajaan teknologi?’’ tegasnya.

Pihaknya tidak bermasalah dengan kebijakan pembatasan importasi oleh pemerintah. Asalkan, yang dibatasi adalah produk jadi, bukan produk bahan pendukung yang tidak didapati di domestik.

BACA JUGA: Rupiah Lemah, Harga Dua Bahan Pangan Ini Mulai Naik

Tidak semua sektor ekonomi terpukul kondisi pelemahan rupiah terhadap dolar AS, industri mebel misalnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News