Ketemu Dubes AS, Mega-Jokowi Dinilai Serahkan Leher Partai ke Asing

jpnn.com - JAKARTA - Pertemuan calon presiden (capres) PDIP Joko Widodo (Jokowi) dan Dubes Amerika Serikat (AS), Robert O.Blacke pasa Senin (14/4) malam dinilai tidak tepat.
Pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI) Agung Suprio mengatakan, pertemuan itu justru membawa blunder kepada PDIP.
Agung menilai ada tiga hal yang menjadi blunder buat PDIP akibat pertemuan tersebut. Pertama, blunder terhadap ideologi PDIP yang selama ini mengedepankan nasionalisme.
"Pertama, blunder ideologi. Ideologi PDIP sangat identik dengan nasionalisme Bung Karno yang tidak mau didikte bangsa asing. Sekarang, Megawati-Jokowi justru menyerahkan leher partai ke bangsa asing," kata Agung lewat pesan singkatnya, Selasa (15/4).
Blunder kedua yakni blunder positioning. Agung menjelaskan, PDIP adalah partai oposisi yang kerap bersebrangan dengan kebijakan penguasa dimana presidennya berkiblat ke Amerika Serikat.
Pertemuan antara elit PDIP dan Dubes AS justru bertentangan dengan posisi PDIP yang selama ini bersebrangan dengan kebijakan pemerintah.
"Sekarang PDIP justru partai yang pertama berkiblat ke Amerika untuk membahas cawapres," ujarnya.
Blunder ketiga, sambung Agung, adalah pencitraan. Menurutnya, tim sukses PDIP tidak memiliki sensivitas politik Indonesia yang khas karena pertemuan dengan kubu Amerika itu sampai terdeteksi oleh media massa.
JAKARTA - Pertemuan calon presiden (capres) PDIP Joko Widodo (Jokowi) dan Dubes Amerika Serikat (AS), Robert O.Blacke pasa Senin (14/4) malam dinilai
- Pakar Hukum: Putusan MA Wajib Dilaksanakan dalam Perkara RSI NTB dengan Kontraktor
- Kapolda Sumbar Perintahkan Usut Tuntas Kecelakaan Maut Bus ALS di Padang Panjang
- Pencari Kerja Padati Job Fair Jakarta 2025, Ada 12 Ribu Lowongan Pekerjaan Tersedia
- Kala Bhikkhu Thudong Singgah di Masjid Agung Semarang: Wujud Persaudaraan Lintas Iman
- Menko Polkam: Pemerintah Bentuk Satgas Terpadu Operasi Penanganan Premanisme & Ormas Meresahkan
- Masukan Buat Prabowo dari Innovation Summit Southeast Asia 2025