Ketergantungan Impor Masih Tinggi

Ketergantungan Impor Masih Tinggi
Ketergantungan Impor Masih Tinggi

jpnn.com - JAKARTA - Ketua Dewan Pakar Pusat Kajian Trisakti Adrinov Chaniago menyatakan tingkat ketergantungan Indonesia terhadap negara lain di bidang pangan masih sangat tinggi. Mirisnya, impor pangan melonjak padahal negeri ini kaya akan sumber daya alam.

"Jenis komoditasnya makin beragam, volume impor makin banyak," kata Adrinov sata Diskusi Publik bertajuk "Konstektualisasi Trisakti di Abad 21 Menuju Masyarakat Indonesia Maju, Berkualitas, Sejahtera dan Demokrasi" di Jakarta, Rabu (28/5).

Dia menguraikan negeri ini mengimpor puluhan jenis  buah-buahan, umbi, sayuran. "Yang lebih ironis lagi adalah impor ikan segar," kata Adrinov.

Padahal, ia melanjutkan tiga perempat wilayah Indonesia merupakan lautan.  "Impor melonjak seperti roket terbang di angkasa," tegasnya.

Sebaliknya, Adrinov menyatakan bahwa 85 persen batubara yang ada di Indonesia di ekspor ke negara lain. Padahal, di dalam negeri membutuhkan banyak batu bara, misalnya di sektor kelistrikan. "85 persen batu bara untuk negara lain. Kadang PLN harus impor batubara," katanya.

Dia pun membandingkan, produksi listrik di Indonesia hanya 34 giga watt. Sedangkan di negara seperti China lebih dari 1000 giga watt, India lebih dari 200 giga watt.

"Yang membuat produksi mereka naik, (karena) bantuan batu bara dari Indonesia," ungkapnya. Menurutnya, kondisi miris juga terjadi karena Indonesia negara yang kaya akan sumber daya tapi tak bisa mandiri.

Sedangkan negara yang tak punya sumber daya bisa mandiri. "Bagaimana mau memajukan ekonomi kalau listrik kurang? Bagaimana anak mau cerdas, kalau mau belajar lampu mati. Mau gunakan alat elektronik tidak bisa," katanya.

JAKARTA - Ketua Dewan Pakar Pusat Kajian Trisakti Adrinov Chaniago menyatakan tingkat ketergantungan Indonesia terhadap negara lain di bidang pangan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News