Ketika Istri Menjadi Tempat Pelampiasan Kasar

Ketika Istri Menjadi Tempat Pelampiasan Kasar
Ketika Istri Menjadi Tempat Pelampiasan Kasar. Ilustrasi Fajar/Radar Surabaya/JPNN.com

Pernah suatu ketika Karin kena tonjok tepat di mata kanannya dan meninggalkan bekas warna hitam seperti mata panda. Dia tak keluar rumah sampai seminggu karena malu dengan tetangga.

”Saya tidak punya tempat curhat. Orang tua sudah meninggal. Saudara saya cuma satu tapi tinggal di Jakarta,” keluhnya sembari menahan air matanya yang mau jatuh.

Hingga pada suatu hari, Karin kena marah lagi. Kini dia dipukul tepat di perutnya dan harus mendapatkan perawatan dokter selama beberapa hari.

Saat dirawat, Karin membaca sebuah artikel bahwa tindakan suaminya termasuk kekerasan dalam rumah tangga.

”Dari situ saya berpikir untuk pisah saja dan melaporkan ke polisi,” ungkap Karin.

Dengan dibantu temannya, akhirnya Karin bisa menuntut cerai dan akan melaporkan suaminya ke polisi.

”Saya memutuskan keluar dari rumah tanpa pamit. Anak-anak saya titipkan ke rumah saudara. Mereka paham dengan apa yang saya alami. Saya sudah siap dengan semua ini,” imbuh Karin.

Dirinya berharap persidangannya bisa cepat selesai dan dia bisa memulai hidup yang baru bersama anak-anaknya. (rud/sb/ang/jek/JPR)


Perlakuan kasar yang diterima tak hanya sekali namun sudah tak terhitung. Setiap kali Donwori punya masalah, Karin selalu menjadi samsak hidup.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News