Ketika Lari Jadi Gaya Hidup

Ketika Lari Jadi Gaya Hidup
Ketika Lari Jadi Gaya Hidup

Meski memulainya tidak mudah, Chris berusaha mendukung kegiatannya dengan minta izin mendirikan Indo Runners dari pusatnya di Jakarta dan langsung disetujui. Untuk mempromosikan komunitas itu, Chris membuatkan page Facebook Indo Runners Surabaya yang mengumumkan jadwal lari dan titik pertemuan sebelum lari. Awalnya, jadwal lari hanya Minggu pagi (Sunday Morning Run/SMR). Tapi, semakin banyak peminatnya, semakin banyak pula yang minta jadwal ditambah.

Selain SMR, sekarang jadwal lari bertambah dengan Selasa malam (Tuesday Night Run) dan Kamis malam (Thursday Night Run). ”Saat lari, jangan takut ditinggal. Sebagian besar orang tidak sampai 1 kilometer sudah berhenti, wajar,” imbuhnya.

Chris sendiri awalnya hanya kuat berlari secara konstan sepanjang 2 kilometer. Saat itu dia sudah mulai mengurangi konsumsi rokoknya. Apakah lari seakan menjadi terapinya untuk berhenti merokok? Chris menolak dikatakan demikian. Bagi dia, lari membawa perasaan yang menyenangkan. ”Mungkin seperti perasaan jatuh cinta, tapi kali ini dengan olahraga lari,” ucapnya, lantas tertawa.

Konsumsi rokok Chris memang tidak langsung mandek. Prosesnya bertahap hingga saat ini dia tidak pernah menyentuh rokok lagi. Sesak napas yang dia alami begitu kena udara dingin kini menghilang begitu saja. Sejak rutin berlari tiga kali dalam seminggu, Chris rupanya juga melirik event lari seperti half marathonfull marathonultra run (lebih dari 42 kilometer), hingga trail run. ”Awalnya terasa mustahil, masak sih saya bisa lari di gunung,” ucapnya.

Tapi, namanya penasaran, Chris mencoba trail run. Rasanya? Malah membuatnya ketagihan. Bukan hanya Chris, tapi juga anggota Indo Runners lainnya. Meski sebagian besar dari mereka baru kenal saat bergabung di Indo Runners, mereka saling memberikan support ketika ikut trail run. Tak terhitung jumlah trail run yang diikuti Chris. ”Racefavorit saya itu di Gunung Welirang dan Arjuno,” imbuhnya.

Yang paling berkesan bagi Chris adalah momen ikut trail run di Gunung Rinjani. Sebab, dia meraih peringkat kedua. Di antara sekitar 600 pesertatrail run Gunung Rinjani dari dalam dan luar negeri, Chris adalah pelari tercepat kedua pada kategori half marathon (saat itu jaraknya 21 kilometer). Gara-gara itu pula, Chris resmi menjadi brand ambassadoruntuk sebuah brand teknologi GPS, yaitu Garmin. ”Sebelumnya sudah beberapa kali di-endorse. Tapi karena mendapat podium dua, langsung dikontrak satu tahun,” paparnya.

Dalam olahraga lari, bukan hanya Chris yang meraup untung. Ada juga Vecky Budiman Cholik. Bapak berusia 44 tahun itu sebelumnya menderita obesitas. Pada Februari lalu, berat badannya masih 90 kilogram (kg). Kondisi tersebut berdampak pada kesehatannya. Kadar gula darah puasanya pernah lebih dari 200 mg/dL. Kondisi itu menimbulkan keresahan. ”Kata istri, perut saya terus membuncit dan celana jadi nggak cukup. Saya disuruh olahraga yang beneran,” papar suami Ni Putu Susari Widianingsih tersebut.

Sebelum ikut lari bersama Indo Runners, Vecky mencoba lari sendirian. Hasilnya, dia hanya konstan berlari sampai 2 kilometer. Uniknya, dia malah semakin ketagihan sampai kuat berlari 5 kilometer tanpa henti. Saat itulah dia memutuskan untuk ikut Indo Runners mulai Februari lalu. Vecky rutin berlari tiga kali dalam seminggu. Baru sebulan disiplin berlari, timbangan badan sudah menyapanya dengan ramah. Yang semula 90 kg jadi 85 kg.

Berlari kini bukan lagi hanya salah satu jenis olahraga. Lari telah menjadi ajang eksistensi para penikmatnya. Mulai diminati banyak orang sejak

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News