Ketika Polda Sumsel Merekrut Enam Penghafal Alquran Menjadi Polisi

Sempat Nyaris Mundur saat Diminta Melepas Jilbab

Ketika Polda Sumsel Merekrut Enam Penghafal Alquran Menjadi Polisi
Bripda Rizka Munawwaroh (kiri) berlatih hafalan Alquran di hadapan rekan-rekan dan pembinanya di masjid Polda Sumsel, Kamis (16/4). Foto: Bayu Putra/Jawa Pos

Apa tidak diprotes jamaah? Sembari tersenyum, Welly mengakui kadang jamaah protes karena bacaan suratnya terlalu panjang. ”Tapi, yang sering diprotes Husein. Kadang salat subuh sampai setengah jam,” ucapnya sambil tertawa. Husein pun diingatkan pembinanya bahwa salat jamaah yang dipimpinnya berlokasi di SPN, bukan di pesantren.

Hafizah Rizka punya cerita tersendiri saat akan direkrut sebagai polwan. Dia tidak mendapatkan restu dari orang tuanya, khususnya sang bunda. ”Ibu sempat tidak setuju, khawatir hafalan Alquran saya hilang kalau jadi polisi,” tuturnya. Sang ibu juga khawatir Rizka harus melepas jilbab saat menjadi polisi.

Ayahnya kemudian mengambil peran untuk meyakinkan ibu Rizka sehingga akhirnya Rizka disetujui menjadi polisi. Dia lalu menjalani pelatihan pra-tes untuk menyiapkan fisik dan mental sebagai pelayan masyarakat.

Cobaan berikutnya datang saat menempuh pendidikan di SPN tahun lalu. Sebab, Rizka tetap mengenakan jilbab sebagaimana kebijakan Kapolri Jenderal Sutarman yang membolehkan polwan mengenakan jilbab. Namun, tak lama kemudian, kebijakan itu ditarik.

Rizka yang saat itu menjalani pelatihan di Sekolah Polwan Ciputat, Jakarta, diminta melepas jilbab atau dipulangkan ke Palembang. Dara kelahiran 15 Agustus 1995 itu merasa dilematis. Dia sempat stres dan nyaris akan memilih mundur. Tidak lama kemudian, Mudholal yang mendapat kabar tentang Rizka pun datang ke Jakarta.

Mudholal lalu mengajak Rizka berjalan-jalan ke ruang publik di Jakarta hingga tiba waktu salat. ”Itu banyak yang memakai jilbab, tapi saat waktunya salat mereka memilih untuk menunda,” tutur Mudholal yang kemarin mendampingi Rizka. ”Saya bilang ke dia (Rizka), jilbab yang sebenarnya ada di hati,” lanjutnya.

Akhirnya Rizka bersedia melepaskan jilbabnya. Salah satu pertimbangannya, di sekolah polwan itu tidak ada siswa laki-laki. ”Meski saya malu samaAllah,” ucap Rizka.

Kerelaannya itu berbuah manis. Wakapolri Komjen Badrodin Haiti (kini telah menjadi Kapolri) akhirnya membuat keputusan yang memperbolehkan polwan mengenakan jilbab.

Sejak tahun lalu, Polda Sumatera Selatan membuat terobosan dalam merekrut polisi baru. Yakni, melalui jalur hafiz atau penghafal Alquran. Mereka

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News