Ketika Tiga Presiden dan Satu Wapres Menjadi Supermentor Generasi Muda

Suasana Memanas saat Habibie Klarifikasi Try Sutrisno

Ketika Tiga Presiden dan Satu Wapres Menjadi Supermentor Generasi Muda
MENTOR SUPER: Dari kiri, Xanana Gusmao, Try Sutrisno, B.J. Habibie, dan Susilo Bambang Yudhoyono setelah menjadi pembicara dalam forum Super Mentor di Jakarta Minggu (17/5). Foto: Imam Husein/Jawa Pos

Di pengujung presentasi, Try sempat menyinggung perihal perubahan institusi lembaga negara, dari yang dulu Utusan Daerah dalam MPR kini menjadi Dewan Perwakilan Daerah (DPD) atau sistem senator sebagaimana di Amerika Serikat. ”Sebab, di Amerika itu negara bagian, sedangkan kita NKRI, Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ucapnya.

Tepuk tangan riuh kembali pecah saat layar lebar menampilkan gambar seorang pemuda berambut ikal dengan jas dan miniatur pesawat di tangannya. Itulah foto Bacharuddin Jusuf (B.J.) Habibie saat masih muda. Video perjalanan hidup sosok genius itu mengiringi langkah Habibie ke panggung.

Mengenakan batik cokelat lengan panjang dan peci hitam di kepala, suara presiden ketiga RI tersebut masih tegas dan menggebu-gebu. ”Masa depan tiap bangsa harus mengandalkan sumber daya manusia terbaharukan,” tutur tokoh kelahiran Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936, itu.

Menteri riset dan teknologi selama 20 tahun (1978–1998) tersebut mengakui, selama ini pengelolaan sumber daya alam (SDA) di Indonesia masih belum optimal untuk membangun sumber daya manusia (SDM). Akibatnya, ada daerah yang kaya SDA, namun SDM-nya masih lemah. ”Itu masalah besar,” tegasnya.

Karena itu, pakar teknologi pesawat terbang tersebut meminta generasi muda pandai-pandai memanfaatkan teknologi informasi, terutama internet, untuk menyerap ilmu pengetahuan yang bertebaran di dunia maya. ”Dengan informasi, produktivitas akan naik dan daya saing bangsa terangkat,” katanya.

Sebelum melanjutkan presentasi, wakil presiden RI periode 14 Maret 1998–21 Mei 1998 dan presiden RI periode 21 Mei 1998–20 Oktober 1999 itu membagi hadirin ke dalam tiga kelompok. Pertama, kelompok usia di bawah 40 tahun yang diminta memanggilnya ”eyang”, kelompok 40–65 tahun yang diminta memanggilnya ”pakde”, dan kelompok di atas 65 tahun yang diminta memanggilnya ”mas”. ”Maka adik-adik mahasiswa di sini, panggil saya eyang. Karena kalian adalah cucu intelektual saya,” ucapnya disambut aplaus meriah.

Habibie lantas menguraikan kisah jabatan singkatnya sebagai presiden. Di masa penuh pergolakan politik, sosial, dan ekonomi itu, dia harus mengambil banyak keputusan krusial dalam waktu singkat. Beberapa di antaranya berbuah kontroversi, misalnya referendum yang berujung lepasnya Timor Timur dari NKRI.

Habibie juga menanggapi pernyataan Try Sutrisno yang mengkritisi DPD yang dianggap mengadopsi sistem politik Amerika Serikat. Dengan lugas suami almarhumah Hasri Ainun Habibie itu menyampaikan klarifikasi terkait masalah tersebut. Sebab, Habibie-lah yang memelopori perubahan sistem dari Utusan Daerah menjadi DPD pada awal reformasi.

Bagaimana jadinya bila tiga presiden dan satu wakil presiden berada dalam satu panggung? Itulah yang terjadi dalam forum Super Mentor di Grand Ballroom

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News