Khawatir Bahasa Etnik Punah, LIPI Terbitkan Kamus Bahasa Minoritas

Di Pulau Alor, Ada Bahasa yang Tinggal Seorang Penuturnya

Khawatir Bahasa Etnik Punah, LIPI Terbitkan Kamus Bahasa Minoritas
Peneliti LIPI Abdul Rachman Patji bersama enam kamus kecil bahasa daerah yang hampir punah di kantornya, Kamis (3/1/2013)FOTO: SOFYAN HENDRA/JAWA POS
Sebanyak 169 bahasa etnik di Indonesia terancam punah. Jumlah penuturnya terus berkurang. Untuk melestarikan bahasa-bahasa lokal itu, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) membuat kamus saku.

 

SOFYAN HENDRA, Jakarta

 

BAYANGKAN jika kita menjadi Karim Banton, 67, seorang kakek yang tinggal di Habollat, sebuah dusun terpencil di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Karim adalah satu-satunya orang yang bisa berbahasa Beilel. Tanpa kawan bertutur yang mengerti bahasa itu, dia pasti dilingkupi kesunyian yang tak mungkin terungkapkan.

 

Sosok Karim dengan bahasa Beilel-nya "ditemukan" Abdul Rachman Patji, koordinator peneliti bahasa etnik minoritas di LIPI. Karim memang tak sepenuhnya sendiri. Ada Muhamad Banton dan Usman Banton. Uniknya, mereka tidak ada hubungan darah sama sekali dengan Karim. Tapi, kemudian mereka mempersaudarakan diri dalam satu rumah.

 

Sebanyak 169 bahasa etnik di Indonesia terancam punah. Jumlah penuturnya terus berkurang. Untuk melestarikan bahasa-bahasa lokal itu, Lembaga Ilmu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News