Khawatir Bisnis Prostitusi Sambut Tenaga Kerja Asal Tiongkok

Khawatir Bisnis Prostitusi Sambut Tenaga Kerja Asal Tiongkok
Para pekerja asing asal Tiongkok pada pembangunan pabrik Smelter di Morosi Kabupaten Konawe usai makan di warung makan yang dibangun warga sekitar, Selasa (2/8). Foto: Dedi Finafiskar/Kendari Pos/JPNN.com

"Entah mereka berangkat ke Kendari untuk jajan kebutuhan biologis atau hanya sekadar mencari hiburan malam. Yang jelas, mereka berusaha mengatasi kejenuhannya dengan mencari hiburan di Kendari. Itulah tempat terdekat dari Morosi yang menyiapkan hiburan malam. Termasuk kebutuhan biologis, bisa jajan di sana," katanya.

Namun, Ridwan dan warga lainnya sangat mengkhawatirkan adanya oknum yang membuka bisnis prostitusi di Morosi. Paling tidak, warga lokal bisa menjadi korban rayuan bagi para TKA itu. 

Ridwan berharap pemerintah dapat melakukan langkah antisipatif sebelum adanya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. "Pemerintah harus melakukan pemantauan, agar hal ini tidak terjadi," jelasnya.

Hasil identifikasi Disnakertrans Konawe, 414 TKA yang saat ini menjadi pendamping dalam pembangunan smelter diroling setiap enam bulan sekali. Masa kontrak mereka hanya berlaku satu semester. Setelah habis masa kontraknya akan diganti dengan TKA baru. 

"Jumlah TKA ini lengkap sebab kami mendapatkan data ini dari perusahaan. Tapi kami belum melakukan verifikasi. TKA yang berada di Morosi ini beragam-ragam pekerjaanya. Selain menjadi tenaga pendamping, banyak juga yang menjadi sopir, koki, office boy, dan buruh bangunan," ungkap Yudi, Kepala Bidang (Kabid) Penempatan dan Perluasan Tenaga Kerja Disnakertrans Konawe.

Waktu enam bulan tidaklah singkat dalam memenuhi kebutuhan biologis. Keberadan mereka pun bisa menjadi ancaman penularan penyakit terutama HIV/AIDS. TKA yang masuk secara resmi akan menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Tapi bagaimana dengan TKA yang datang secara ilegal?

"Berdasarkan koordinasi dengan Kantor Imigrasi Kendari, kalau untuk pemeriksaan kesehatan, saya rasa TKA yang ada di Morosi itu telah menjalani dua kali pemeriksaan kesehatan.Di Jakarta dan di Kendari diperiksa kesehatannya melalui Balai Karantina Kendari dan Kantor Imigrasi. Mereka melakukan pemeriksaan sebelum dikirim ke Konawe," jelas H. Muh Aris SKM., Kadis Kesehatan Konawe.

Meski demikian, Aris berjanji, akan kembali memprogramkan pemeriksaan kesehatan terhadap TKA yang ada di Morosi. Waktu enam bulan di Konawe itu bisa saja terserang penyakit. Jika tidak diatasi maka akan membahayakan warga sekitar kawasan mega industri itu. 

MENGGELIATNYA industri pertambangan di Sulawesi Tenggara diikuti bergairahnya berbagai sektor lain. Di sisi lain, muncul kecemasan bakal adanya bisnis

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News