Kiai Ahong dari Makam Wali Ningxia

Oleh Dahlan Iskan

Kiai Ahong dari Makam Wali Ningxia
Kiai Ahong dari Makam Wali Ningxia

Lima belas menit kemudian, ada azan. Lalu salat sunah empat rakaat.

Sesaat kemudian, satu di antara tujuh orang tadi berdiri. Menuju podium berukir. Mengambil tongkat. Dan mulai mendendangkan kalimat-kalimat berbahasa Arab.

Semula saya pikir itu bilal sebelum khatib naik ke mimbar. Tapi, dendangnya kok tidak selesai-selesai. Lima menit kemudian dia duduk sekedipan mata, lalu mendendangkan lagi kalimat-kalimat berbahasa Arab dengan lagu mengalun-alun.

Dendang itu secara total sekitar 7 menit.

Lalu, ada iqamah. Tanda salat segera dimulai.

Oh, dendang tadi ternyata khotbah. Dia bukan bilal, melainkan khatib.

Begitu singkat dan simpel khotbah tersebut. Karena itu, rupanya, ada ceramah sebelumnya. Kalau mengandalkan isi khotbahnya saja, pasti tidak banyak yang paham apa maksudnya.

Habis jumatan, saya ngobrol dengan beberapa anak muda di serambi masjid. Ternyata mereka para ustad madrasah. Dari provinsi lain: Yunnan.

SEBELUM kembali lagi ke Amerika, Dahlan Iskan beberapa hari di daerah muslim Tiongkok, di perbatasan Korea Utara dan di perbatasan Rusia. Ini kisahnya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News