Kiai Google

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kiai Google
Ilustrasi Muhammad Kece ditangkap di Bali. Foto: Ricardo/JPNN.com

Ketika unggahannya menjadi viral dan menimbulkan kehebohan, Zhang lari dan bersembunyi. Upaya Polri untuk melibatkan Interpol belum membuahkan hasil.

Dari tempat persembunyiannya di Eropa, Zhang masih tetap berkomunikasi dengan jemaahnya yang tersebar di seluruh dunia. Hal itu terlihat dari narasi pada setiap unggahannya. Dia selalu menyapa jemaah yang tersebar mulai dari Indonesia, Asia, Eropa, dan Amerika.

Sebelum kasusnya diributkan oleh beberapa kalangan Islam di Indonesia, Zhang tidak dikenal oleh siapa pun. Unggahannya paling-paling hanya ditonton puluhan orang saja.

Namun, begitu mendapat reaksi dari para pemuka Islam, dan muncul desakan agar dia ditangkap, kontan dia mendapat durian runtuh. Kanal Youtube-nya meledak dan puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang menonton unggahannya.

Endorsement gratis ini juga dinikmati oleh Muhammad Kece. Sudah cukup lama dia mengunggah konten di YouTube, tetapi yang menonton cuma sejumlah jari.

Namun, begitu ada protes dari PBNU dan MUI, kanal Muhammad Kece langsung diserbu penonton.

Unggahan-unggahannya langsung viral, menyebar ke mana-mana, termasuk ke berbagai grup Whatsapp.

Muhammad Kece dan Paul Zhang menjadi ‘’instant hit’’ dan menjadi selebritas baru medsos. Unggahannya langsung diserbu puluhan ribu penonton sekali tayang. Semua youtuber pasti bermimpi unggahannya ditonton puluhan ribu orang.

Dulu masyarakat desa tunduk, tawaduk, dan cium tangan kiai, sekarang tunduk dan tawaduk kepada Kiai Google, tanpa cium tangan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News