Kiprah SMK Pertanian Al-Madaniyah Melawan Ancaman Kepunahan Petani

Digunjing Tetangga karena Sekolah Bawa Cangkul

Kiprah SMK Pertanian Al-Madaniyah Melawan Ancaman Kepunahan Petani
SISWA-siswi SMK Pertanian Al Madaniyah sedang menanam padi dengan sistem mutakhir SRI. Foto : SMK Pertanian Al Madaniyah for Jawa Pos
Uang hasil panen pepohonan yang masuk ke sekolah digunakan untuk menutup biaya operasi sehari-hari. Dengan demikian, para siswa tidak lagi harus membayar SPP atau pungutan lainnya.

 

Untuk sementara, produksi pohon sengon sedang istirahat. Sebab, Kampung Cibuleud sedang mengalami krisis air. Sedangkan sumber air jauh berada di bawah lokasi sekolah itu. Mereka kekurangan biaya untuk memompa air guna menyiram benih-benih pepohonan.

 

Akhirnya, produksi pertanian beralih di pepaya california made in akademisi IPB (Institut Pertanian Bogor). Saat ini ada sekitar 200 pohon pepaya california. Setiap butir pepaya california berbobot hingga 1,5 kg. "Kata warga, pepaya hasil panen sekolah kami lebih manis daripada yang di pasar," tutur Kamal.

 

Selain itu, mereka mulai mengembangkan bercocok tanam tomat hibrida atau disebut tomat Mio F1, kangkung darat, dan kacang-kacangan. Selain itu, mengembangkan tanaman padi dengan sistem SRI (system of rice intensification) di sawah seluas 100 x 50 meter.

 

Jumlah petani terus tergerus zaman. Nah, SMK Pertanian Al-Madaniyah muncul untuk mencetak petani-petani baru. Sekolah di pedalaman Tasikmalaya, Jawa

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News