Kisah 16 WNI Kru Kapal Sparta yang 13 Hari Terjebak di Antartika

Terdampar setelah Kapal Menabrak Gunung Es

Kisah 16 WNI Kru Kapal Sparta yang 13 Hari Terjebak di Antartika
Kisah 16 WNI Kru Kapal Sparta yang 13 Hari Terjebak di Antartika
 

Di antara ABK yang sempat menghubungi keluarganya itu adalah Sarip. Dari catatan imigrasi yang dikirim KBRI Wellington, Sarip adalah ABK yang paling muda. Pemuda asal Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, itu lahir pada 5 Januari 1989.

 

Saat diberi kesempatan menelepon, Sarip langsung menghubungi ayahnya, Kasdi. Kasdi kepada Jawa Pos mengatakan telah dihubungi Sarip.  "Sarip menelepon saya. Dia mengatakan baik-baik saja," tutur Kasdi.

 

Pria 40 tahun itu mengatakan, Sarip memang besar di keluarga nelayan. Sebelum bergabung dengan kapal asing, Sarip sudah malang melintang melaut di kampung sendiri. Sebagian besar dari 16 ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal Sparta itu berasal dari kampung yang sama. "Kami bertetangga," ungkap Kasdi.

 

Sarip memulai tugasnya sebagai ABK kapal Sparta pada November lalu. Iming-iming gaji besar menjadi alasan utama Sarip meninggalkan Indramayu untuk melakoni ekspedisi bersama kapal berbendera Rusia itu. Menurut Kasdi, rata-rata nelayan di kampungnya berpenghasilan Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per bulan.

Nun jauh di Antartika, kapal Sparta tertahan di tengah lautan es selama 13 hari. Di kapal milik Rusia itu terdapat 16 anak buah kapal (ABK) asal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News