Kisah 16 WNI Kru Kapal Sparta yang 13 Hari Terjebak di Antartika
Terdampar setelah Kapal Menabrak Gunung Es
Kamis, 12 Januari 2012 – 00:12 WIB
Di antara ABK yang sempat menghubungi keluarganya itu adalah Sarip. Dari catatan imigrasi yang dikirim KBRI Wellington, Sarip adalah ABK yang paling muda. Pemuda asal Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, itu lahir pada 5 Januari 1989.
Saat diberi kesempatan menelepon, Sarip langsung menghubungi ayahnya, Kasdi. Kasdi kepada Jawa Pos mengatakan telah dihubungi Sarip. "Sarip menelepon saya. Dia mengatakan baik-baik saja," tutur Kasdi.
Pria 40 tahun itu mengatakan, Sarip memang besar di keluarga nelayan. Sebelum bergabung dengan kapal asing, Sarip sudah malang melintang melaut di kampung sendiri. Sebagian besar dari 16 ABK asal Indonesia yang bekerja di kapal Sparta itu berasal dari kampung yang sama. "Kami bertetangga," ungkap Kasdi.
Sarip memulai tugasnya sebagai ABK kapal Sparta pada November lalu. Iming-iming gaji besar menjadi alasan utama Sarip meninggalkan Indramayu untuk melakoni ekspedisi bersama kapal berbendera Rusia itu. Menurut Kasdi, rata-rata nelayan di kampungnya berpenghasilan Rp 1 juta hingga Rp 2 juta per bulan.
Nun jauh di Antartika, kapal Sparta tertahan di tengah lautan es selama 13 hari. Di kapal milik Rusia itu terdapat 16 anak buah kapal (ABK) asal
BERITA TERKAIT
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor