Kisah Brigadir Saleh Dirikan Sekolah untuk Anak-anak Bombana

Kisah Brigadir Saleh Dirikan Sekolah untuk Anak-anak Bombana
Rektor Unika Atma Jaya (paling kiri) dan dua peraih FSA 2018, salah satunya Brigadir Saleh (ke-3 dari kiri). Foto: Mesya/JPNN.com

Apalagi desa ini ternyata sudah lama mengidamkan ada sekolah. Mereka kemudian konsultasi ke Dinas Pendidikan Bombana.

"Waktu itu dibilang syaratnya adalah harus punya murid, guru, dan hibah tanah atau sertifikat. Alhamdulillah tiga syarat itu terpenuhi sehingga Juli 2015, saya langsung membuka kelas baru walaupun darurat dan surat izinnya belum keluar," kata Brigadir Saleh di sela-sela penyerahan Frans Seda Award (FSA) 2018 yang digelar Unika Atma Jaya, Jumat (26/10).

Awalnya, Brigadir Saleh dan Erniwati SPd, istrinya mengajar 11 anak di bawah kolong rumah kepala desa. Berkat sumbangan dari warga sehingga terbentuklah sekolah darurat dengan tiga kelas yaitu kelas 1,2,3.

Awalnya hanya Saleh dan Istrinya sebagai guru, tetapi pada akhirnya Saleh mendapatkan tiga guru yang bisa mengajar di masing-masing kelas dengan menggaji ketiga guru tersebut menggunakan uang milik Saleh.

"Sekarang kami dapat bantuan dana pendidikan untuk pembangunan tiga ruang kelas baru. Saat ini ada kepsek, tiga guru kelas, satu guru agama. Walaupun gajinya dibayar Rp 300 ribu per triwulan tapi para guru ini semangatnya luar biasa. Alhamdulillah juga kami akan mendapatkan tambahan dua guru PNS," tutur Saleh yang atas dedikasinya bisa meraih penghargaan FSA 2018 kategori bidang pendidikan.

Kategori bidang kemanusiaan diraih Edi Syahputra, S.Kom dari Langkat, Sumatera Utara. Pendiri Sanggar Tratama ini bercita-cita untuk menjauhkan generasi muda di desa dari hiburan yang tidak jelas, narkoba, dan game online. Perlahan-lahan terwujud dengan menciptakan generasi CIS (Creative Innovative Sinergy) melalui Sanggar Tratama yang Ia dirikan.

Sanggar Tratama mengajarkan seni tari dan musik, pengembangan kapasitas pemuda, kelas inspirasi terbuka dan kewirausahaan. Memberikan edukasi dan pola berfikir kreatif anak-anak desa untuk menempuh pendidikan yang lebih baik, menjadi generasi produktif bukan konsumtif menuju peradaban yang lebih baik.

Anugerah FSA ini menurut Dr. A. Prasetyantoko, Rektor Unika Atma Jaya, dalam upaya memertahankan, menjaga, dan merawat semangat para pendiri Atma Jaya. Salah satunya ditunjukan dengan memberikan penghargaan bagi orang-orang yang punya visi dan semangat yang sama dengan para pendiri.

Brigadir Saleh merasa terenyuh melihat kesulitan anak-anak di Desa Tunas Baru, Kabupaten Bombana, Sultra, untuk sekolah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News