Kisah Bunda Neni, Menang meski 'Dikeroyok' Sembilan Parpol

Kisah Bunda Neni, Menang meski 'Dikeroyok' Sembilan Parpol
Neni Moerniaeni disambut oleh masyarakat. Foto: Dok BONTANG POST/JPG

Selain itu, dinamika di internal partai memang tak begitu menguntungkan Neni. Saat menjabat ketua Golkar Bontang, dia kerap ”diusik” hingga akhirnya harus lengser. Pertimbangan lain, ujar Neni, saat itu terjadi kisruh di DPP Golkar antara kubu hasil munas Ancol dan munas Bali. 

”Soal polemik tersebut, bagi saya, biasa sebagai dinamika politik. Orang tahu saya banyak dizalimi,” kata Neni.

Tapi, justru mungkin karena kuatnya persepsi bahwa Neni adalah korban penzaliman itulah yang membuat dukungan kepadanya mengalir. Kelompok relawan pendukungnya bahkan sudah terbentuk sebelum dia resmi maju.

Sejatinya, istri mantan Wali Kota Bontang Andi Sofyan Hasdam itu mengaku awalnya tak pernah berpikir untuk terjun di pilkada. Sebab, dia masih fokus berjuang di Senayan. Namun, desakan dari berbagai kalangan di Bontang membuatnya berubah pikiran.

”Saya terima ratusan SMS setiap hari. Saat saya reses, masyarakat juga meminta saya maju karena mereka ingin perubahan di Bontang,” kata Neni.

Neni-Basri pun akhirnya resmi mendaftar di KPU Bontang dengan membawa 24 ribu bukti dukungan masyarakat berupa KTP. Jumlah itu di atas ketentuan KPU Bontang yang hanya 16 ribu orang.

Aslinya, klaim Neni, dukungan kepadanya bahkan mencapai 40 ribu orang. Hanya, timnya tidak mampu menyelesaikan keseluruhan entry data sebelum masa pendaftaran.

Begitu resmi ditetapkan sebagai calon, Neni-Basri langsung tancap gas. Mereka berjualan program lewat jalan membaur dengan masyarakat. Keduanya pun rutin blusukan.    

WALI KOTA dan wakil wali kota incumbent yang semula berpisah jalan memilih bersekutu lagi. Jumlah kandidat yang semula lima menyusut tajam menjadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News