Kisah Bunda Neni, Menang meski 'Dikeroyok' Sembilan Parpol

Kisah Bunda Neni, Menang meski 'Dikeroyok' Sembilan Parpol
Neni Moerniaeni disambut oleh masyarakat. Foto: Dok BONTANG POST/JPG

Neni mengatakan, dirinya mengadakan sosialisasi dari satu rumah ke rumah yang lain. Jadwalnya pun sangat padat, mulai pukul 08.00 hingga 24.00 Wita setiap hari..

”Kadang-kadang kalau sudah kemalaman, Bunda (sapaan Neni, Red) numpang tidur di rumah warga. Pernah juga Bunda istirahat di masjid sampai ketiduran lho. Sepertinya sudah hampir semua masjid di Bontang saya datangi selama menggelar sosialisasi,” kenang Neni.

Kunci kemenangan lainnya, kata Neni, adalah banyaknya tim relawan yang terbentuk dari berbagai kalangan. Mulai paguyuban, atlet, hingga komunitas.

Agar tak berjarak dengan warga itu pula yang membuat Neni mengaku lebih senang dipanggil bunda ketimbang ibu wali kota. ”Lebih akrab dengan masyarakat,” katanya.

Neni mulai terjun ke politik pada 2003, saat mempersiapkan diri maju sebagai legislator di DPRD Bontang. Praktis, praktiknya sebagai dokter spesialis kandungan harus ditinggalkan.

”Karena ada aturan PNS tidak boleh berpolitik, saya mundur” kata Neni.

Dia berterus terang, tak mudah mengambil keputusan tersebut. Sebab, dari sisi materi, pendapatan sebagai dokter spesialis sangat menggiurkan.

Namun, hasratnya berpolitik tak bisa lagi dibendung. Keinginan tersebut mulai muncul ketika menjabat ketua tim penggerak PKK Bontang. Jabatan itu diemban karena sang suami Andi Sofyan Hasdam adalah wali Kota Bontang kala itu.

WALI KOTA dan wakil wali kota incumbent yang semula berpisah jalan memilih bersekutu lagi. Jumlah kandidat yang semula lima menyusut tajam menjadi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News