Kisah Fayanna Ailisha, Usia 13 Tahun Sudah Hasilkan 42 Buku

Kisah Fayanna Ailisha, Usia 13 Tahun Sudah Hasilkan 42 Buku
Fayanna Ailisha Davianny dan ayahnya, Martono Asmari, usai diskusi tentang literasi di Jakarta Mei lalu. Foto : Ferlynda Putri/Jawa Pos

Capaian di jagat literasi itu pun telah membawa kakak Ferrico Arroyan Devandra tersebut menerima berbagai penghargaan. Saat kelas III SD, contohnya, Fayanna mendapatkan penghargaan sebagai Penulis Paling Berbakat-Pendatang Baru Terbaik pada acara yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Mizan.

Fayanna juga tiga kali berturut-turut ikut dalam Konferensi Penulis Cilik Indonesia mewakili Jawa Barat. ”Saya pernah wawancarai Pak Jokowi dan menteri Kabinet Kerja karena berhasil menjadi reporter cilik terbaik,” bebernya.

Raihan tersebut telah pula membawanya terbang ke Korea Selatan. Itu terjadi pada 2016 saat dia mendapatkan penghargaan KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) Mizan Goes to Korea. ”Alhamdulillah berkesempatan mendapatkan pengalaman luar biasa dengan wisata edukasi ke Korea,” ujarnya.

Yang paling anyar, April lalu Fayanna berhasil menjuarai 1st Asian Story Writing Challenge. Lawannya adalah penulis cilik dari 18 negara di Asia. ”Akhir April aku mewakili Indonesia sebagai penulis cilik yang ditunjuk untuk menjadi pembicara termuda dalam Kuala Lumpur International Book Fair. Aku hadir di panggung utama,” jelas pengurus Forum Anak Jawa Barat tersebut.

Semua itu diraih Fayanna tanpa harus kehilangan serunya masa anak-anak yang beranjak remaja. Teman-temannya banyak. Selalu ada waktu untuk bermain, berbagi cerita, dan bersenda gurau dengan mereka. Karena itu pula, banyak karyanya yang bertema persahabatan. ”Teman-teman banyak jadi sumber ide,” ungkapnya.

Prestasinya di sekolah juga bisa berjalan beriringan dengan raihan literasinya. Sejak SD Fayanna selalu masuk 10 besar. Bahkan, di sekolahnya dia mendapat penghargaan Grateful Appreciation Medal Award untuk kategori sains dan teknologi, seni budaya dan keterampilan, serta akhlak dan budi pekerti.

Pihak sekolah juga sangat mendukung sepak terjangnya di dunia literasi. Bahkan, ketika buku Fayanna terbit, kepala sekolah memberikan kesempatan untuk promosi. ”Dipanggil saat upacara, lalu dikasih kesempatan bicara, mempromosikan buku,” bebernya.

Sekarang Fayanna mulai bisa menikmati hasil kerja kerasnya selama ini. Membeli buku yang diinginkan. Dengan uang sendiri. Dia juga kelak bercita-cita memberangkatkan haji kedua orang tua dari hasilnya menulis. ”Kami tidak mencampuri apa yang dia dapat. Hanya mengarahkan agar jangan sampai terbuang sia-sia,” kata Martono.

Fayanna pun bertekad untuk terus mengembangkan kemampuan menulis, caranya dengan semakin banyak membaca buku.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News