Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu

Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu
Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu

“Ada kabar bahwa sejumlah nakhoda dari Makassar sudah diberi tahu bahwa mereka tidak bisa lagi datang karena Balanda (sebutan penduduk asli untuk bangsa Eropa) yang ada di Pelabuhan Darwin tidak mengizinkan mereka berlabuh. Sejumlah tetua Yolngu ingat betul bagaimana ayah atau kakek mereka berurai air mata ketika para nakhoda dari Makassar itu menyampaikan kabar ini,” tutur Richard.

“Banyak penduduk Yolngu yang mengecam cerita itu. Mereka mengatakan ‘siapa Balanda-balanda itu? Mereka tak ada urusan dengan perjanjian kerja sama yang resmi antara klan kita dan pelaut dari Makassar’,” tambahnya kemudian.

Sejak saat itu, mulai tahun 1906, tak ada lagi pinisi yang datang ke Arnhem Land. Kehidupan menjadi sulit bagi penduduk Yolngu ketika perdagangan dengan pelaut Makassar berhenti.

Memang ada kapal-kapal baru yang datang dan pergi di perairan Arnhem Land yang kini termasuk dalam negara bagian Northern Territory, Australia. Namun, bukannya untuk berdagang seperti pelaut Makassar, mereka malah mencuri.

Segalanya telah berubah... .

Kisah Mesra Pelaut Makassar dan Orang Aborigin pada Masa Lalu
Peta rute perjalanan pinisi yang berisi para pelaut dari Makassar menuju perairan Arnhem Land di timur laut Australia seperti yang tercantum dalam buku "Why Warriors Lie Down and Die" karya Richard Ian Trudgen, pendiri dan pimpinan Aboriginal Resource Development Services (ARDS).

Dok. Richard Trudgen


Wartawan Kompas.com, Caroline Damanik, telah meliput ke berbagai pelosok Australia pada rentang 14 Mei - 15 Juni 2016 atas undangan ABC Australia


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News