Kisah Nuraini, Ibu Asuh Anak Korban Tsunami Aceh di SOS Children’s Villages

Paling Sulit Bikin Anak Mau Panggil Ibu

Kisah Nuraini, Ibu Asuh Anak Korban Tsunami Aceh di SOS Children’s Villages
BERPRESTASI: Nuraini (kanan) bersama Mistahul Jannah di sela-sela konferensi pers SOS Children’s Villages. Foto: Gunawan Sutanto/Jawa Pos

Meski saat itu sudah hampir setahun dari kejadian tsunami, belum banyak anak yang masuk ke rumah asuh SOS. Namun, dalam perjalanannya, ketika SOS makin populer, yang bergabung bukan hanya korban tsunami. Anak-anak malang yang ditelantarkan keluarganya juga bergabung.

Awalnya, Nuraini diserahi tangung jawab menjadi ibu asuh untuk seorang anak korban tsunami bernama Maria Ulfa. Anak perempuan itu bersekolah kelas 2 SMP. Kini Nuraini dipercaya menjadi ibu asuh bagi sembilan anak. Total ada sekitar 263 anak di SOS Children’s Villages.

Menjadi ibu asuh tentu saja tidak mudah. Apalagi yang diasuh adalah anak-anak yang menanggung trauma seperti anak korban tsunami. Mereka sangat sulit dekat dengan ibu asuh. ’’Namun, pelatihan yang diberikan SOS sangat membantu saya menjadi ibu buat anak-anak. Maria Ulfa, misalnya, dia selanjutnya tidak segan memanggil saya ibu,’’ papar Nuraini.

Jika anak sudah mau memanggil ibu, semua terasa lebih mudah. Untuk menghapus trauma, Niraini memberikan banyak kesibukan kepada Maria dkk sesuai dengan minat dan bakat masing-masing. ’’Mulai kesenian sampai olahraga. Kegiatan itu diselenggarakan di rumah pengasuhan setelah anak-anak pulang sekolah,’’ terangnya.

Para ibu asuh juga senantiasa memberikan pengertian bahwa setiap bencana pasti memiliki hikmah. ’’Biasanya saat kami ngobrol, saya sampaikan kepada mereka bahwa bencana merupakan takdir Allah. Di balik kejadian itu, Allah pasti telah mempersiapkan yang lebih baik untuk mereka,’’ terang perempuan kelahiran 11 November 1978 tersebut.

Dalam perbincangan dengan Jawa Pos, Nuraini mengungkapkan suka duka selama sembilan tahun menjadi ibu asuh di SOS Children’s Villages. ’’Dukanya sih sama seperti ibu kebanyakan, yakni ketika anaknya nakal,’’ ucapnya.

Dia punya cerita tentang Indra, anak asuh yang dititipkan ke SOS Children’s Villages karena menjadi korban perceraian ayah dan ibunya. ’’Saya sering dipanggil sekolah Indra karena dia sering berkelahi,’’ ungkapnya.

Menghadapi Indra, Nuraini punya jurus khusus. Dia lebih perhatian. Hal itu dilakukan untuk menyampaikan pesan bahwa mengalah tidak selalu buruk. Mengalah bisa membuat seseorang menjadi pemenang di kemudian hari. Jurus itu sukses membuat Indra tidak lagi hobi berkelahi.

Setahun setelah tsunami menerjang Aceh pada 26 Desember 2004, Nuraini mendapat keluarga baru. Menjadi ibu asuh di SOS Children’s Villages yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News