Kisah Pak Guru di Tegal, Tiap Hari Seberangi 2 Sungai Besar
Lolos dari rintangan itu, Makmuri harus menyebrangi sungai lagi, yakni Sungai Lohgeni. Tak ada pilihan, pria berusia 52 tahun ini harus menyeberangi sungai yang arusnya sangat deras.
Makmuri mengisahkan, pengalaman selama bertugas di SD Wotgalih 3 sejak awal Januari 2017 lalu sangat memilukan. Terlebih saat arus sungai meluap.
Dia terpaksa harus menunggu beberapa jam hingga air itu surut. Namun, jika tidak surut, Makmuri pun terpaksa balik lagi ke rumah.
“Kalau saya terjang, membayakan bagi keselamatan saya. Terpaksa saya pulang lagi ke rumah. Dan untuk kegiatan belajar mengajar, saya serahkan kepada guru yang bermukim di Dukuh Karangsari. Kebetulan ada dua orang guru yang rumahnya di situ,” kata Makmuri, saat ditemui di Dukuh Karangsari, Desa Wotgalih, Jumat lalu (24/11).
Dia menuturkan, jumlah siswa di sekolah yang dipimpinnya itu hanya 34 anak. Mereka terbagi dari kelas 1 hingga kelas 6. Sedangkan jumlah gurunya 10 orang.
Dari jumlah tersebut, dua di antaranya merupakan warga Dukuh Karangsari. Sementara sisanya, dari luar pedukuhan tersebut. Mereka juga harus melewati jalan yang penuh risiko ini untuk menuju ke sekolah.
Setiap ke sekolah, motor selalu diparkir di tepi sungai yang jaraknya sekitar 4 kilometer dari sekolah.
Berangkat ke sekolah, Pak Guru Makmuri harus melewati jalan berlumpur, menyeberangi dua sungai besar, juga menerabas hutan.
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor
- Pesantren Ala Kadarnya di Pulau Sebatik, Asa Santri di Perbatasan Negeri