Kisah Warga Indonesia Bertahan dalam Badai Ekonomi Akibat Lockdown di Melbourne

Kisah Warga Indonesia Bertahan dalam Badai Ekonomi Akibat Lockdown di Melbourne
Zurlia Usman (kanan) bersama putrinya, Anisa Azzahra Ismail yang menjadi direktur Emaan sejak dua tahun lalu. (Koleksi pribadi)

Tenaga konstruksi kehilangan jam kerja

Warga asal Indonesia lainnya, Reygi Raymon mengaku sempat merasa sangat senang ketika mendengar jam kerjanya kembali normal, yaitu empat sampai lima hari per minggu awal Juni lalu, saat Victoria masih di pembatasan tahap ketiga.

Kisah Warga Indonesia Bertahan dalam Badai Ekonomi Akibat Lockdown di Melbourne Photo: Sejak pembatasan sosial tahap keempat di Victoria, Reygi yang adalah pekerja konstruksi 'casual' kehilangan jam kerjanya. (Supplied: Reygi Raymon)

 

Namun, ketika kebijakan tahap keempat mulai diberlakukan pekan lalu, Reygi yang berstatus tenaga 'casual' di bidang konstruksi, tidak lagi menerima panggilan kerja.

Ini karena Pemerintah Victoria hanya mengizinkan lima orang di situs kontruksi berskala kecil.

Reygi yang sudah bekerja di bidang konstruksi sejak November 2019 tidak lagi memiliki penghasilan dan terpaksa mengandalkan tabungan untuk bertahan hidup.

"Sebenarnya proyek berjalan seperti biasa. Tapi karena saya pekerja serabutan, jadi saya harus menunggu kabar dari supervisor kapan bisa bekerja lagi," kata Reygi yang berasal dari Bali.

Kepada ABC, ia mengatakan sejak awal pandemi di Australia, jam kerjanya tidak beraturan mengikuti kebijakan yang berubah-ubah di Victoria.

"Sejak Maret akhir sudah terasa bedanya. Saya berharap agar Victoria paling tidak kembali ke tahap tiga, agar ada peluang kerja lebih banyak sesuai kebijakan yang berlaku."

Sudah 16 tahun Zurlia Usman, asal Malang, membuka sebuah butik di Melbourne. Dengan aturan pembatasan tahap keempat terkait pandemi COVID-19 bisnis itu terpaksa tutup

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News