Kisruh PPDB Zonasi: Ortu Sedih karena Anak Ancam Putus Sekolah

Kisruh PPDB Zonasi: Ortu Sedih karena Anak Ancam Putus Sekolah
Ratusan orangtua calon siswa antre sejak Senin (24/6) subuh, dalam pendaftaran PPDB jalur zonasi di SMP 45 Jakarta Barat. Foto: sam/JPNN.com

jpnn.com, KLUNGKUNG - Protes seputar PPDB (penerimaan peserta didik baru) disampaikan sekitar 30 orangtua calon siswa yang secara bergilir mendatangi kantor Desa Takmung, Klungkung, Bali (24/6). Beberapa dari mereka mengajak anaknya yang akan masuk SMP. Kedatangan mereka diterima Perbekel Takmung I Nyoman Mudita.

Mereka mengadu karena anaknya tidak mau mendaftar di sekolah yang masuk zona yang telah ditentukan Dinas Pendidikan, yakni SMP Negeri Satu Atap (Satap) Takmung. Para lulusan SD yang masuk zona tersebut ingin sekolah di SMP 1 Banjarangkan.

Alasannya, kualitas pendidikan Satap selama ini berbeda dengan SMP negeri lainnya. Jika tidak diberikan masuk di sekolah pilihannya, anak-anak tersebut mengancam putus sekolah.

“Kalau saya sebagai orangtua di mana saja anak sekolah tidak masalah. Apalagi sudah diatur pemerintah. Cuma anak saya tidak mau masuk di Satap,” beber orang tua I Kadek Sugiarta. Sugiarta menuturkan, anaknya Komang Nugraha Ananta Putra menangis begitu tahu masuk zona SMP Satap.

BACA JUGA: Terungkap Alasan Pemerintah Ogah Angkat Honorer K2 Tua jadi PNS

“Memang kalau dari jarak lebih dekat SMP Satap. Tapi anak saya tidak mau sekolah di sana. Saya harus bagaimana,” tegas pria asal Dusun Losan, Desa Takmung yang anaknya lulus di SD N 3 Takmung tersebut.

Hal serupa juga ditegaskan orang tua lainnya, I Nyoman Casmana. Pria yang juga dari Losan itu juga mengakui, anaknya Popi Tria Lestari tidak mau sekolah di SMPN Satap.

“Kami berharap ada kebijakan dari pemerintah. Kasihan anak-anak dipaksa sekolah di tempat yang tidak ia sukai,” ujarnya.

Sejumlah orangtua calon siswa memprotes PPDB sistem zonasi yang dinilai tidak adil dan mengorbankan anak.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News