Koalisi Merah Putih dan Pilgub

Koalisi Merah Putih dan Pilgub
Koalisi Merah Putih dan Pilgub

Kita bisa memaklumi dinamika ini karena besarnya keinginan elite partai koalisi merah putih untuk berperan dalam proses pemilihan gubernur Sumatera Barat.

Namun, soliditas komitmen koalisi merah putih di tingkat lokal ini bisa saja teruji seiring dengan berjalannya waktu, terutama menjelang pemilihan kepala daerah dilanaksanakan.  Ini cukup beralasan bahwa aktivitas berpolitik ini sangatlah dinamis sehingga tidak satu pun orang dapat meyakini komitmen dari partai koalisi akan selalu satu suara dalam proses pemilihan gubernur mendatang.  

Apalagi untuk Sumatera Barat, beberapa partai peserta koalisi merah putih ini memang memiliki jumlah kursi yang signifikan untuk mengajukan nama gubernur yang akan mereka usung.  Sebut saja, Golkar dengan 9 kursi, namun dengan jumlah suaranya yang mencapai 15 persen dari suara sah yang ada, maka partai ini dapat mengusung sendiri calon gubernurnya.  

Begitu juga dengan Gerindra dengan 8 kursi DPRD juga punya peluang besar untuk mengusung satu nama untuk calon gubernur dengan menambah 2 kursi saja dari partai lain.  Belum lagi PPP yang juga memperoleh 8 kursi tentu juga berpikir mencari 2 kursi untuk dapat mengusulkan pasangan gubernur dan wakil gubernur.  

Di samping itu juga ada PKS dengan 7 kursi, saat ini berkuasa memiliki calon petahana dengan peluang yang besar tentu tidak akan diam membiarkan calon lain menjadi kepala daerah.  Dengan mencari dukungan 3 kursi lagi, bukan tidak mungkin bagi PKS untuk terus mengajukan calonnya dalam pemilihan kepala daerah mendatang.  

Singkatnya, akan sulit bagi partai koalisi merah putih untuk menyatukan sikap politiknya dengan hanya mengusung hanya satu pasang calon gubernur dan wakil gubernur pada pemilihan kepala daerah tersebut.  Dari aspek ini saja soliditas partai pendukung koalisi merah putih akan teruji kesetiaannya.  

Belum lagi adanya deal-deal politik terkait dengan tawaran elite di luar peserta koalisi merah putih yang bisa saja menjanjikan sesuatu yang lebih besar kepada elite partai koalisi merah putih.  Sedikit banyaknya ini mempengaruhi soliditas koalisi merah putih di daerah.

Perlu diketahui, pada mula terbentuknya koalisi merah putih ini hanya dengan satu tujuan, yaitu mengusungkan pasangan Prabowo-Hatta Rajasa dan memenangkan pemilihan presiden.  Namun, ketika tujuan itu tidak tercapai, koalisi ini mengubah tujuannya menjadi kekuatan pengimbang dalam penyelenggaraan pemerintahan.  

PASCA penetapan Mahkamah Konstitusi yang menegaskan kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke-7, konstelasi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News