Kolaborasi Regional Kunci Percepatan Transisi Energi di Asia Tenggara

jpnn.com, JAKARTA - Dalam rangka menghadapi tantangan global terkait transisi energi, negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai beralih dari pendekatan individual ke upaya kolaboratif yang strategis.
Penjabat Direktur Eksekutif di Pusat Energi ASEAN Beni Suryadi mengungkapkan hal itu saat diskusi bertajuk ‘Renewable Energy Role Toward Nett Zero Emission (NZE)’.
Beni menekankan pentingnya kerja sama lintas negara untuk mewujudkan masa depan yang lebih berkelanjutan.
“Saya sangat senang untuk berbagi bahwa negara-negara di kawasan ini tidak lagi hanya melihat tantangan dari sudut pandang masing-masing, tetapi mulai menciptakan upaya kolaboratif,” ucap Beni.
Berdasarkan proyeksi dari studi 8R7 Energy Outlook, jika negara-negara hanya melanjutkan pendekatan business as usual di tingkat nasional, pangsa energi terbarukan diperkirakan hanya akan mencapai 23 persen pada tahun 2050.
Namun, ada beberapa hal yang dapat meningkatkan capaian tersebut. Mulai dari meningkatkan integrasi pasar, eksplorasi bersama, dan komitmen kolektif terhadap strategi karbon netral.
“Maka pada tahun 2050 diproyeksikan 70 persen listrik di kawasan ini akan berasal dari energi terbarukan,” kata Beni.
Adapun proyeksi optimistis tersebut hanya dapat dicapai melalui beberapa langkah strategis itu mencakup tiga hal.
Penjabat Direktur Eksekutif di Pusat Energi ASEAN Beni Suryadi menekankan pentingnya kerja sama lintas negara untuk mewujudkan masa depan yang berkelanjutan.
- Sinergikan Ekonomi Indonesia Timur, Khofifah Memperkuat Kerja Sama dengan NTB
- Wakil Ketua MPR dan Pimpinan Parlemen Rusia Bahas Potensi Pengembangan PLTN Modular
- Perkuat Industri Besi & Baja, Menko Airlangga Dorong ASEAN Bersinergi
- IIGCE 2025 Tegaskan Komitmen RI Menjadi Pemimpin Energi Terbarukan
- Menko AHY Paparkan 3 Strategi Kemakmuran & Kelanjutan Pembangunan di Universitas Stanford
- Pertamina Resmikan PLTS Atap Terbesar di Kilang Balikpapan, Tekan Emisi dan Biaya Energi