Komarudin Dorong Maluku Jadi Poros Perekonomian RI Abad XXI

Komarudin Dorong Maluku Jadi Poros Perekonomian RI Abad XXI
Anggota DPR RI Komisi II sekaligus penulis buku Komarudin Watubun (kedua kiri) bersama para pembicara pada acara bedah Maluku "Staging Point RI Abad 21" di Universitas Indonesia, Depok, Rabu (31/10). Foto: Ist

jpnn.com, DEPOK - Pada acara bedah Maluku "Staging Point RI Abad 21" di Universitas Indonesia, Depok. Anggota DPR RI Komisi II sekaligus penulis buku Komarudin Watubun mengatakan, pada konteks geostrategi hari ini, tak ada yang memungkiri, Tiongkok merupakan penguasa ekonomi awal abad XXI. 

Bahkan, lanjutnya, tingkat pertumbuhan Tiongkok merupakan yang tertinggi kedua di dunia. Tiongkok dapat mengancam kedigdayaan ekonomi Amerika Serikat (AS).

"Padahal, hingga akhir abad XX AS merupakan penguasa ekonomi dunia, jauh meninggalkan Tiongkok," ujarnya kepada wartawan, di Kampus FIB UI, Depok, Rabu (31/10).

Tak pelak, menurutnya, pencapaian yang diraih Tiongkok menimbulkan persaingan dengan AS. Bahkan, untuk menahan laju perekonomian Tiongkok, AS membangun jalur perdagangan transpasifik Trans Pacific Partnership (TPP) pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama 2009 lalu.

Sedangkan, Tiongkok, ujarnya, membangkitkan kembali jalur sutera yang pernah dirintis oleh pedagang-pedagangnya pada awal masehi, untuk kembali menguasai perekonomian dunia.

Melalui bukunya ini, Komarudin menawarkan gagasan bahwa Maluku dapat dijadikan sebagai poros perekonomian Indonesia abad XXI. Alasannya, kata Komarudin, pertama, tentu nilai historis dan ekonomis Maluku bagi Nusantara sejak abad XII hingga abad XX. Layaknya Tiongkok yang membangkitkan kembali jalur sutera. Sejarah semestinya tidak menjadi benda mati dan hanya menjadi pelajaran menghafal di sekolah.

Sebab, dalam perjalanan sejarah nusantara, Indonesia terutama Maluku pernah memiliki jalur perekonomian sendiri. Jalur tersebut dinamakan jalur rempah, Maluku menjadi titik pusatnya.

Dalam catatam sejarah, ungkapnya, Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbaik dunia yang merupakan komoditas perdagangan termahal mengalahkan harga emas di dunia pada abad XVI. Bahkan, selama abad XVI—XVIII Maluku memasok kebutuhan rempah-rempah dunia yang melahirkan globalisasi, jaringan maritim dunia, inovasi, dan revolusi sistem keuangan dan korporasi global pertama kali di dunia.

Anggota DPR RI Komisi II sekaligus penulis buku Komarudin Watubun mengatakan Maluku dapat menjadi opsi lain sebagai titik pusat jalur perdagangan Indonesia.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News