Komarudin Watubun: Cabut Investasi Berisiko di Pulau Komodo

Komarudin Watubun: Cabut Investasi Berisiko di Pulau Komodo
Ketua Bidang Kehormatan PDI Perjuangan Komarudin Watubun saat berada di Labuan Bajo. Foto: Charlie Lopulua/Indopos/JPNN

Hingga awal abad ke-21, ahli-ahli dari seluruh dunia menjadikan komodo dragon dan ekosistemnya sebagai lab raksasa guna menyingkap evolusi kehidupan di planet bumi.

Misalnya, tim ahli Dr Tim Jessop dkk asal University of Melbourne (Australia), RI, dan Italia mempelajari 400 komodo dragon selama sepuluh tahun (2002-2010) guna menyingkap pola hidup, penyimpanan energi, dan reproduksinya (Plos One, 17/10.2012).

Begitu pula para ahli dari University of Queensland School of Biological Sciences seperti Professor Bryan Fry yang meneliti komodo dragon sebagai the iconic komodo dragon—the world’s largest lizard pada 2017.

Ahli dari University of California San Diego, University of Colorado-Boulder, University of Chicago dan U.S. Department of Energy's (DOE's) Argonne National Laboratory (Amerika Serikat) meneliti cara komodo dragon bertahan hidup yang nyaris sama dengan cara manusia bertahan hidup (The American Society of Microbiology, 28/11/2016).

Rakyat di kawasan TNK menganggap komodo sebagai ‘saudara’. Begitu pula tim ahli paleontologi asal Amerika Serikat dipimpin oleh Jason Head (University of Nebraska-Lincoln) meneliti komodo dragon (Proceedings of the Royal Society B., 4/6/2013).

Para peneliti dan biolog Alex Pyron asal George Washington (Amerika Serikat) meneliti pohon evolusi ular dan lizard di seluruh dunia dengan antara lain merujuk pada hasil riset komodo dragon (BMC Evolutionary Biology, 8/5/2013).

Para ahli ekologi dan biologi evolusi pada lab Joshua Akey, Lewis-Sigler Institute for Integrative Genomics pada Princeton University, berupaya menyingkap misteri Pulau Floresdan sekitarnya.

Zona ini selama bertahun-tahun pernah dihuni oleh gajah raksasa, komodo dragon, burung raksasa, dan tikus raksasa yang antara lain masih tersisa di Gua Liang Bua, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT.

masyarakat Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sejumlah anggota DPR RI serta DPRD menolak privatisasi di Taman Nasional Komodo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News