Komunitas Indonesia di Selandia Baru Terkesan Besarnya Empati Warga Setempat

Perhatian dan dukungan juga ia dapati di lingkungan tempat tinggal di mana para tetangganya tak berhenti berdatangan membawa buah tangan.
"Ada yang bawa sup, roti, coklat, atau dessert," katanya.
"Semangat inilah yang membuat kami bangga sebagai umat Islam yang hidup di Selandia Baru," paparnya lagi.
Di Christchurch

Di Christchurch sendiri, Ibnu Sitompul juga mengaku tidak pernah membayangkan serangan itu. Tadinya dia bahkan hendak salat di Masjid Al-Noor. Tapi hari itu ia datang terlambat.
"Saya kaget sekali. Saya memikirkan ada kejadian seperti ini di Selandia Baru. Saya datang ke sini justru untuk menghindari hal-hal seperti itu," ujar Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Selandia Baru ini kepada ABC.
Ia lalu mencontohkan istrinya yang masih mengalami rasa takut karena hijab yang dikenakannya, meski kini berangsur normal kembali.
"Para tetangga mendukung, banyak dukungan dari orang. Kita tidak takut, hanya berhati-hati saja jadinya," katanya.
- Dunia Hari Ini: Setidaknya Delapan Orang Tewas Setelah Serangan India ke Pakistan
- Industri Alas Kaki Indonesia Punya Potensi Besar, Kenapa Rawan PHK?
- Apa Arti Kemenangan Partai Buruh di Pemilu Australia Bagi Diaspora Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Presiden Prabowo Ucapkan Selamat Atas Terpilihnya Lagi Anthony Albanese
- Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?
- Partai Buruh Menang Pemilu Australia, Anthony Albanese Tetap Jadi PM