Komunitas Menara, PAUD Gratis Obsesi Penulis Negeri 5 Menara

Modal dari Royalti Buku dan Sumbangan Relawan

Komunitas Menara, PAUD Gratis Obsesi Penulis Negeri 5 Menara
Ahmad Fuadi bersama murid PAUD komunitas Menara di Tangerang Selatan (28 Nov 2011). Foto; Thomas Kukuh / JAWA POS

Seperti saat memancing, para siswa tidak sekadar bermain. Mereka juga diajari cara berhitung. Saat berhasil mendapatkan ikan dari dalam baskom plastik, anak-anak diminta menghitung hasil tangkapannya.

Agar adil, murid kelas A diminta memainkan permainan yang berbeda secara bergilir. Saat beberapa murid sudah ingin bergeser, padahal belum gilirannya, guru yang mendampingi tidak lantas melarang dengan menggunakan kata-kata "jangan" atau "tidak boleh".

"Kami memilih kata-kata "belum diizinkan". Jadi, bahasa yang digunakan di sini untuk membangun karakter. Kalau kami bilang jangan, anak-anak malah penasaran," ujar Atika, salah seorang guru, yang ditemui di sela-sela kegiatan belajar-mengajar PAUD Komunitas Menara, Senin (18/6) lalu.

Menurut penggagas PAUD Komunitas Menara Ahmad Fuadi, meski lembaga pendidikannya tidak berbayar alias gratis, dirinya tidak ingin setengah-setengah dalam mengelola yayasan. Guru yang berjumlah lima orang pun diwajibkan mengikuti pelatihan mengajar. Mereka juga sering mengikuti seminar pendidikan untuk menambah ilmu.

Berkat novel Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Warna, nama Ahmad Fuadi melejit. Bahkan, novel pertamanya sudah diadaptasi ke layar lebar. Berkat kedua

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News